Hakikat Penciptaan Manusia
Manusia diciptakan oleh Allah SWT agar mereka mau mengabdikan diri, taat, tunduk, serta menyembah hanya kepada Allah SWT. Jadi selain fungsi manusia sebagai khalifah di muka bumi (fungsi horizontal), manusia juga mempunya fungsi sebagai hamba yaitu menyembah penciptanya (fungsi vertikal), dalam hal ini adalah menyembah Allah karena sesungguhnya Allah-lah yang menciptakan semua alam semesta ini. Hal ini tercantum pada firman Allah QS. Adz Dzariyat ayat 56 yang berbunyi :
لِيَعْبُدُونِ إِلَّا وَالْإِنْسَ الْجِنَّ خَلَقْتُ وَمَا
“Dan tidaklah Aku ciptakan seluruh jin dan seluruh manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu “.

Manusia diciptakan oleh Allah SWT agar menyembah kepadanya. Kata menyembah sebagai terjemahan dari lafal ‘abida-ya’budu-‘ibadatun (taat, tunduk, patuh). Beribadah berarti menyadari dan mengaku bahwa manusia merupakan hamba Allah yang harus tunduk mengikuti kehendaknya, baik secara sukarela maupun terpaksa.
• Ibadah muhdah (murni), yaitu ibadah yang telah ditentukan waktunya, tata caranya, dan syarat-syarat pelaksanaannya oleh nas, baik Al Qur’an maupun hadits yang tidak boleh diubah, ditambah atau dikurangi. Misalnya shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya.
• Ibadah ‘ammah (umum), yaitu pengabdian yang dilakukan oleh manusia yang diwujudkan dalam bentuk aktivitas dan kegiatan hidup yang dilaksanakan dalam konteks mencari keridhaan Allah SWT
Jadi, setiap insan tujuan hidupnya adalah untuk mencari keridhaan Allah SWT, karena jiwa yang memperoleh keridhaan Allah adalah jiwa yang berbahagia, mendapat ketenangan, terjauhkan dari kegelisahan dan kesengsaraan bathin. Sedangkan diakhirat kelak, kita akan memperoleh imbalan surga dan dimasukkan dalam kelompok hamba-hamba Allah SWT yang istimewa.
Selama hidup di dunia manusia wajib beribadah, menghambakan diri kepada Allah. Seluruh aktivitas hidupnya harus diarahkan untuk beribadah kepadanya. Islam telah memberi petunjuk kepada manusia tentang tata cara beribadah kepada Allah. Apa-apa yang dilakukan manusia sejak bangun tidur samapai akan tidur harus disesuaikan dengan ajaran Islam.
Jin dan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT mempunyai tugas pokok di muka bumi, yaitu untuk mengabdi kepada Allah SWT. Pengabdian yang dikehendaki oleh Allah SWT adalah bertauhid kepadanya, yakni bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Jin dan manusia wajib mengesakan Allah dalam segala situasi dan kondisi, baik dalam keadaan suka maupun duka.
Petunjuk Allah hanya akan diberikan kepada manusia yang taat dan patuh kepada Allah dan rasulnya, serta berjihad dijalannya. Taat kepada Allah dibuktikan dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Taat kepada rasul berarti bersedia menjalankan sunah-sunahnya. Kesiapan itu lalu ditambah dengan keseriusan berjihad, berjuang di jalan Allah dengan mengorbankan harta, tenaga, waktu, bahkan jiwa.
Setelah manusia diciptakan di dunia manusia bertugas menjalankan perjanjian yang telah terjadi sebelum manusia diciptakan. Di antara orang-orang yang beriman itu ada beberapa laki-laki, dipenuhinya janjinya yang telah diikatnya dengan Allah menghadapi suatu amal perbuatan. Karena mu'min itu selalu ingat akan Allah, tidak pernah melupakan Allah, maka tidak pulalah dia lupa akan janjinya. Selesai tugasnya, atau sampai cita-citanya, terkabul apa yang diingininya, yaitu hutang kepada Allah terbayar dan janji terpenuhi, dan dia pun mati. Hatinya senang menempuh kematian itu. Dia merasa beban yang berat telah diletakkan. Atau pendakian yang amat tinggi dan curam telah selesai terlampaui. Setelah itu masuklah pada masa penantian atau menunggu. Artinya menunggu di sini ialah bersedia pula menghadapi maut, menunggu ajal. Rela menantikan panggilan itu, karena merasa diri belum pernah mungkir akan janji dengan Tuhan, walau nyawa akan melayang dari badan. Dan dalam masa penantian tersebut mereka tidak akan beranjak dari pendirian, tidak dapat dibujuk dengan berbagai macam bujukan atau dirayu dengan rayuan apa pun; "Selangkah tidak surut, setapak tidak kembali. Esa hilang dua terbilang!". Hal ini tercantum pada firman Allah dalam QS Al Ahzab ayat 23 yang berbunyi :



“Setengah dari orang-orang yang beriman itu adalah beberapa laki-laki yang dengan jujur memenuhi apa yang telah mereka janji¬kan kepada Allah atasnya; Maka setengah dari mereka selesai tugasnya dan setengah dari mereka menunggu; dan tidaklah mereka mengubah-ubah, perubahan apa pun.” ( QS. Al- Ahzab : 23 )
Hadist Abu Hurairah diriwayatkan oleh Muslim dan an-Nasai, ia berkata, aku mendengar Rasulullah SAW. Bersabda :
“Yang pertama kali akan diadili di hari kiamat adalah orang yang mati syahid. Kemudian ia dibawa kehadapan Allah, dan Allah memberitahukan kenikmatan kepadanya, maka ia pun mengetahuinya. Allah berfirman, “ Apa yang engkau lakukan di dunia?” Orang itu berkata, “ Aku telah berperang karena-Mu hingga aku syahid.” Allah berfirman, “ Engkau berdusta. Sebenarnya engkau berperang karena ingin dikatakan sebagai pemberani dan hal itu telah dikatakannya.” Kemudian Allah SWT memerintahkan untuk membawanya, maka orang itu diseret diatas wajahnya hingga dilemparkan ke neraka. Kemudian orang yang mempelajari dan mengajarkan ilmu serta membaca al-Quran. Lalu ia dibawa ke hadapan Allah, dan Allah memberitahukan kenikmatan kepadanya, maka ia pun mengetahuinya, Allah berfirman, “Apa yang engkau lakukan di dunia?” Orang itu berkata, “Aku telah mempelajari ilmu dan mengajarkannya, aku pun membaca al-Quran karena-Mu.” Kamu berdusta. Kamu mempelajari ilmu karena ingin dikatakan sebagai orang alim. Kamu membaca al-Quran karena ingin dikatakan sebagai Qari, dan semua itu telah dikatakannya.” Kemudian Allah SWT memerintahkan untuk membawanya. Maka orang itu diseret di atas wajahnya hingga dilemparkan ke neraka. Kemudian orang yang diberikan keluasan oleh Allah dan diberi karunia bermacam-macam harta. Kemudian ia dibawa kehadapan Allah, dan Allah memberitahukan kenikmatan kepadanya, maka ia pun mengetahuinya. Allah berfirman, “ Apa yang engkau lakukan di dunia?” Orang itu berkata, “Tidak ada satu jalan pun yang Engkau sukai untuk berinfak di jalan itu kecuali aku menginfakkan hartaku karena-Mu.” Allah berfirman, “ Kamu berdusta. Sebenarnya kamu melakukan itu semua karena ingin dikatakan sebagai dermawan, dan semua itu telah dikatakan.” Kemudian Allah SWT memerintahkan untuk membawanya. Maka orang itu diseret di atas wajahnya hingga dilemparkan ke neraka.”


“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat balasannya.”

“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.”
KEAJAIBAN OTAK MANUSIA
Kemampuan Otak Manusia
Manusia adalah makhluk berfikir yang tidak pernah berhenti memikirkan sesuatu, sayangnya kemampuan berfikir kita tidak terlatih dan tidak maksimal dalam penggunaannya padahal otak memiliki kemampuan yang sangat luar biasa. Otak terdiri dari 11 sampai 15 billion sel neuron, setiap selnya berhubungan dengan 25.000 sel neuron lainnya. Dan 25.000 sel neuron itu hanya sebesar ujung sebatang jarum. Memang jumlah neuron tidak melambngkan kepandaian sesorang, tetapi rangkaian yang berhubungan antara neuron satu dengan neuron lainya yang di sebut synapses inilah yang menentukan tahap kecerdasan sesorang.
Otak setiap harinya membutuhkan 25% kalori, Berat otak manusia 6 ons sampai 1,5kg yaitu 1/40 dai berat badan manusia, otak terbagi kedalam tiga bagian yaitu otak neocortex, otak mammalian dan otak reptilian. Saraf bergerak dengan kelajuan 0,5m sesaat ke 100m sesaat (Heimler & Lockard). Ia juga bersambungan dengan cabang saraf yang disebut axon dan dendrite.
Otak neocortex terbagi menjadi dua cerebrum yaitu otak kiri dan otak kanan. Kemampuan otak kita sama canggihnya dengan komputer sebesar bola dunia. Karena tidak terlatih maka kita hanya menggunakan 5 - 10% dari kemampuan mengingat. Otak dapat dilatih dan di tingkatkan menjadi sekitar 300% - 400%. Otak neocortex mempunyai fungsi dan kemampuan masing-masing otak kiri dikenal dengan otak logic dan otak kanan otak artistic.
Fungsi-fungsi otak :
1. Fungsi Otak Kanan-Kreatif (Creative)
Sintesis, analogi (membentuk pengertian tentang suatu konsep dengan mengaitkan ciri yang serupa, ruang, intuitif (mengetahui sesuatu dengan tidak melalui proses berfikir yang biasa/mengikut gerak hati), holistik(kebolehan memahami ide secara keseluruhan), bentuk/corak/pola/lukisan/musik/image/visual/gambar, imaginasi, kreativitas (menyusun ide-ide dengan cara baru dan imaginasi), global, interaktif, gerakan/tarian, melihat hubungan secara keseluruhan.

2. Fungsi Otak Kiri-Logik(Logika/Numerical)
Bahasa/lisan, terancang dan berstruktur, bukan gerakan, perkiraan, penulisan, teori, melengkapi perasaan, analisis, simbolik, abstrak, sekuens, rasional, digital, logika fakta, perinician, perancangan, prosedur, ulangan, pengelolaan.

60% dari otak kita terdiri dari sistem visual, salah satu cara untuk melatih dan membuktikan kemampuan daya ingat adalah melatih dengan mengingat visual/gambar dalam setengah detik dan tulislah benda yang dilihat. Imajinasi adalah salah satu kunci untuk belajar dan mengingat daripada peranan otak dalam aktiviti berfikir. Imaginasi yang telah wujud akan melalui beberapa lagi proses internal yang akan menggerakkan anggota-anggota manusia yang lain untuk merealitikan impian-impian yang telah digambarkan itu. Mengingat adalah proses menghidupkan kembali pengalaman.
Berikut adalah 10 fakta menarik tentang otak manusia :
1. Otak manusia terdiri dari 30 milliar neuron atau saraf otak yang bekerja dengan dahsyat melebihi kemampuan super computer apapun di dunia ini. Neuron inilah yang bekerja dengan dahsyat menciptakan keajaiban dalam hidup anda.
2. Memory otak manusia memilki kapasitas 30-70 triliun giga melebihi memory super komputer apapun di dunia.
3. Sebagaimana computer dapat terhubung dengan computer lain melalui jaringan, demikian juga pikiran manusia dapat terhubung dengan pikiran orang lain di mana saja mereka berada jika keterhubungan tersebut diciptakan.
4. Pikiran manusia terhubung dengan alam semesta yang dalam bahasa psikologi disebut UNIVERSAL CONCIOUSNESS (pikiran alam semesta) atau dalam bahasa biologi disebut MORPHOGENETIC FIELD (medan morfogenetika).
5. Pikiran manusia saling berinteraksi setiap saat tanpa disadari, tetapi sayang dengan cara yang tidak terkendali dan berakibat negatif. Anda dapat mengendalikannya untuk tujuan yang positif untuk keuntungan anda.
6. Pikiran manusia menjelajah dan dapat mengadakan kontak dengan pikiran siapa saja dengan teknik subjective communication.
7. Pikiran manusia dapat diprogram untuk melakukan apa saja yang kita inginkan.
8. Pikiran bawah sadar manusia dapat mewujudkan keajaiban jika anda tahu bagaimana memanage-nya.
9. Pikiran bawah sadar bekerja seperti komputer. Pikiran bawah sadar memberi inspirasi, membimbing dan merupakan gudang memori. Pikiran bawah kita mengingat segala sesuatu yang kita lihat, rasakan dan alami. Hanya saja untuk memunculkannya itu yang sulit. Menurut penelitian pikiran bawah sadar kita memiliki kapasitas memory sekitar 70-100 triliun gambar. Karena semua perasaan kita, emosi dan pengalaman disimpan dalam memori dalam bentuk gambar atau bunyi. Sama seperti komputer mendigitalkan semuanya, otak kita pun demikian.
10. Pikiran bawah sadar memiliki kepandaian tak terbatas. Ia memampukan manusia memperoleh pikiran, gagasan, rencana, dan konsep baru. Pikiran bawah sadar memberikan kemampuan inovatif kepada manusia sehingga dapat mengembangkan temuan-temuan baru.

Fungsi Akal Yang Menjadikan Derajat Manusia Seperti Malaikat, Seperti Iblis Ataukah Seperti Binatang.
Jika berbicara masalah akal sangatlah menarik, karena dengan akal manusia bisa menjadi baik, benar dan cerdas bila potensi akal disandarkan atau ditundukkan kepada hukum Allah dan sunnah Rasul. Tetapi,dengan akal manusiapun bisa menjadi, jahat, salah, sombong, bodoh dan dungu, bila akal dijadikan sandaran penuh akan semua masalah dalam hidupnya.
"Telah kami tunjukkan kepadanya dua jalan hidup (baik dan buruk)" (QS. Al-Balad [90]:10)
Fungsi akal hanya digunakan untuk menimbang perbuatan baik dan buruk menurut ukuran akal yang menggunakannya, jika perbuatan baik dan buruk disandarkan menurut ukuran akalnya, jelas semua bersifat relatif dan tidak mutlak. maka disinilah terjadi pertentangan antara akal manusia yang satu dengan manusia yang lain. Seharusnya akal digunakan untuk mencari kebenaran yang sudah diberitakan dalam Firman Allah dan RasulNya dan bukan mencari pertentangan atas semua berita yang sudah di firmankanNya. Seandainya seseorang belum menemukan makna berita yang dituliskan dalam Al-qur'an, layaknya seorang hamba yang belum menemukan, seharusnya diam yaitu kami dengar dan kami taat.
Sebagai analogi ketika seorang "cendikiawan muslim" mengatakan : "Iblis kelak akan masuk surga, bahkan di tempat yang tertinggi karena dia tidak mau sujud kecuali kepada Allah saja, dan inilah tauhid yang murni." Dia mengklaim iblis akan masuk surga berdasarkan akalnya, padahal dalam firman Allah, "Kami berfirman kepada para malaikat, sujudlah kamu kepada adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis, ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir" (Al-Baqarah : 34)
Allah telah mengklaim iblis termasuk orang-orang yang kafir.dan orang kafir tempatnya adalah neraka yang menyala-nyala. Akal cendekiawan yang mengatakan iblis menempati syurga tertinggi karena ketauhidan murninya sungguh bertentangan dengan firman Allah. Karena Tauhid bukan sekedar bentuk penyembahan, tapi dibarengi dengan bentuk ketaatan, sedangkan iblis tidak taat pada Allah. Iblis hanya mau menyembah kepada Allah, tapi Iblis tidak taat kepada Allah (karena menolak perintah Allah untuk menyembah adam) sedangkan Malaikat hanya mau menyembah kepada Allah dan Malaikatpun hanya taat kepada Allah. Jadi yang murni bentuk ketauhidannya adalah Malaikat dan bukan Iblis. Malaikat bisa memurnikan ketauhidannya, karena Malaikat tidak dilengkapi hawa nafsu oleh Allah tetapi manusia dilengkapi oleh hawa nafsu dan akal yang tidak dimiliki oleh Malaikat.
Disinilah perbedaan itu. karena hawa nafsu sifatnya selalu mengajak kepada keinginan diri untuk memenuhi kebutuhannya, sedangkan akal diberikan Allah adalah sebagai pelengkap untuk menimbang-nimbang apakah keinginannya itu perlu dituruti atau tidak dituruti (menimbang baik dan buruk yang bersifat relatif ).
Dan apabila manusia mempunyai kekuatan akal tanpa dilandasi dengan keimanan, disinilah sifat manusia yang seperti iblis (sombong). Tetapi bila manusia menahan hawa nafsunya dan menundukkan akalnya pada semua firman Allah dan RasulNya, maka disinilah ketinggian derajat manusia melebihi malaikat karena mampu menahan hawa nafsu (yang tidak dimiliki oleh malaikat) dan menundukkan akalnya akan semua firman Allah dan RasulNya. Dan kuncinya adalah ilmu yang benar dan didasari oleh kejujuran, keikhlasan dan kepasrahan dengan penuh ketundukkan kepada Allah SWT.
FUNGSI AKAL BAGI UMAT ISLAM
Allah telah memuliakan anak adam dengan akal dan menjadikan akal sebagai syarat utama pembebanan syariat kepada manusia. Dalam ilmu mantiq dapat juga dikatakan manusia adalah hewan yang berakal (al insanu hayawanun natiq).
Banyak sebagian ulama mengatakan bahwa ilmu mantiq itu haram, mungkin karena sebagian umat menjalankan syariat islam hanya berdasarkan akal pikiran saja, padahal Allah memberikan akal kepada manusia untuk mengetahui mana sisi buruk dan mana sisi baik, dimana setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia tidak terlepas dari kendali dan kontrol dari akal yang sehat.
Manusia sebagai “insan kamil” (manusia sempurna ), dalam arti berbeda dengan makhluk Allah lain yang tidak mempunyai akal, diperintahkan Allah untuk bertaffakur dan menghayati Firman-Nya, dan Allah memerintahkan umatnya untuk menggunakan akal mereka dengan berpikir bagaimana upaya membangun bumi dan memperbaikinya demi tercapainya tujuan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini.
Dalam al quran surat Ali Imran ayat 190 yang artinya :
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan selisih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”.
Dan dalam ayat lain dikatakan: "Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran” (Ar-Ra’d:19).
Jelas sudah Allah menciptakan akal pada manusia untuk berpikir, dan ini tidak bisa disangkal, karena bagaimana umat mau belajar dan berpikir dalam melakukan tindakkan kalau tidak punya akal sehat. Dan seandainya ada sebagian yang mengatakan mendahulukan akal dalam menghayati dan mempelajari syariat Islam termasuk orang yang kufur, dapat dikatakan ini salah persepsi saja, mungkin yang dimaksud itu adalah bahwa kalau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan nash syr’i lebih mendahulukan aqli (logika) dari pada naqli (Quran dan Hadis).
Karena pada dasarnya Allah menciptakan akal pada manusia berbatas sesuai dengan kemampuan yang ada dalam akal itu sendiri dimana akal itu difungsikan. Karena apabila fungsi akal sudah melampaui bidang-bidang yang di batasi-Nya, maka dengan demikian orang yang memiliki akal itu sudah melakukan kezaliman, sebab dengan melakukan itu akan menghasilkan kesesatan dan kebingungan, dan ini mungkin yang menjadi alasan bagi sebagian ulama mengatakan bahwa ilmu mantiq atau dikenal dengan istilah ilmu logika itu haram dan akhirnya membuat manusia jatuh kepada kekafiran, ini benar sekali.
Karena bagaimana manusia dapat menjalankan ibadah dengan sempurna kalau apa yang dipikir oleh akal sehatnya sudah melampaui apa yang diperintahkan dan dilarang oleh Sang Khaliq, dan melampaui batas akal itu sendiri. Dimana terkadang seorang manusia yang super pintar berusaha menggali ilmu Al-Quran di luar kemampuan akalnya dan berusaha mencari tahu zat Allah sesungguhnya dan ini adalah mustahil, karena zat Allah merupakan suatu yang mustahil untuk dipelajari dan dipikirkan oleh akal sehat seorang manusia yang menjadi ciptaan-Nya.
Terkadang disinilah terjadi kesalahpahaman itu, hingga manusia lupa akan keberadaan dirinya dan kemampuan akalnya karena bagaimanapun Allah Maha dari segala yang Maha.
Karena sebagai umat banyak yang telah menjauhkan dirinya dari perintah-perintah Allah dan bangga dengan apa yang telah dihasilkan oleh akal pikiran mereka, hingga terkadang mereka juga bingung dengan apa yang mereka peroleh dengan cara memikirkan yang di luar batas pemikiran akal sehat mereka.
Maka dari itu hasil nyata yang dihasilkan setiap orang yang mendahulukan akalnya atau akal orang lain daripada syariat Allah adalah kebingungan dan kesesatan, yang pasti fungsi akal bukan untuk mengkaji ataupun berpikir kepada apa yang ada di luar batas kemampuan dari akal tersebut, tapi Allah menciptakan akal pada manusia juga untuk membedakan bahwa manusia begitu tinggi derajatnya dari makhluk Allah yang lain, dan akal itu berfungsi untuk berpikir bahwa alam ini ada karena adanya yang menciptakan yaitu Allah Swt, dan fungsi akal itu juga manusia berpikir dan bersyukur atas apa yang ada dan menjadi rahmat bagi manusia itu sendiri.


Berfikir tentang Akal, Manusia dan Alam Semesta
Urgensi Definisi Akal, Proses Berfikir dan Metode Berfikir
Manusia adalah makhluk yang paling utama, sampai-sampai dikatakan bahwa ungkapan ini benar bahwasanya manusia lebih utama dari malaikat. Keutaman manusia ini tiada lain terletak pada akalnya. Akal inilah yang telah mengangkat kedudukan manusia dan sekaligus menjadikanya makhluk yang paling utama. Oleh karena itu sudah seharusnya kita memiliki pengetahuan tentang akal (‘aql), proses berfikir (tafkir), dan sekaligus metode berfikir (thariqah at-tafkir). Ini karena, proses berfikirlah akal manusia yang memiliki nilai dan sekaligus menghasilkan berbagai buah (produk akal) yang masak, yang mampu membuat kehidupan dan manusia menjadi baik. Bahkan mampu menciptakan kebaikan bagi seluruh alam semesta beserta segala sesuatu yang ada didalamnya, termasuk benda benda mati, tumbuhan, dan hewan.
Umat manusia (waktu yang sangat panjang) ternyata lebih menaruh perhatian pada buah akal dan buah proses berfikir dari pada memberikan perhatian kepada fakta mengenai akal dan fakta mengenai tentang proses berfikir itu sendiri. Memang benar pernah ada orang orang yang memahami fakta akal, baik intelektual kaum muslim maupun nonmuslim pada masa lalu ataupun masa sekarang akan tetapi semuanya gagal dalam memahami fakta mengenai akal tersebut. Ada juga orang yang berusaha menyusun metode berfikir dan memang berhasil dalam beberapa aspek dari buah metode berfikir tersebut dengan adanya sejumlah prestasi ilmiah. Akan tetapi mereka tersesat dalam memahami fakta tentang proses berfikirnya. Mereka juga telah menyesatkan para pengikutnya yang merasa kagum terhadap keberhasilan ilmih tersebut. Sebelumnya, sejak masa yunani dan setelahnya umat manusia telah terdorong untuk mengetahui fakta mengenai proses berfikir. Hasilnya, mereka pada apa yang disebut dengan logika (ilmu mantiq) dan berhasil meraih sebagian pemikiran. Akan tetapi mereka merusak hakikat pengetahuan (ma’rifah) itu sendiri. Jadi, ilmu logika malah menjadi sesuatu yang destruktif bagi pengetahuan bukan menjadi alat untuk menjadi ilmu pengetahuan atau menjadi standar kebenaranya. Penyebab kegagalan yang ada hingga saat ini dalam memahami fakta mengenai proses berfikir dan juga fakta metode berfikir dikarnakan para pengkaji telah lebih dulu mengkaji proses berfikir sebelum mengkaji akal itu sendiri. Padahal fakta tentang proses berfikir itu tidak akan dapat dipahami kecuali setelah diketahui terlebih dahulu fakta mengenai akal secara menyakinkan dan pasti (zajim). Ini karena prose berfikir (tafqir) adalah buah dari akal sementara berbagai ilmu pengetahuan, seni dan seluruh aspek ilmu budaya merupakan buah dari proses berfikir. Wajar saja jika pertama kali yang harus diketahui adalah fakta tentang akal secara meyakinkan dan pasti setelah itu, bisa diketahui fakta mengenai proses berfikir dan selanjutnya metode berfikir yang lurus. Setelah itu dan atas dasar petunjuknya suatu pengetahuan (ma’rifah) akan dapat dinilai apakah termasuk sains ilmu atau bukan. Dengan kata lain, akan dapat ditentukan bahwa kimia adalah sains sementara psikologi dan sosiologi bukan lah sains. Akan dapat ditentukan pula suatu pengetahuan termasuk kebudayaan atau bukan. Walhasil pokok permasalahanya bermuara pada pengetahuan tentang fakta akal itu sendiri secara meyakinkan dan pasti.
Itulah yang menjadi pokok permasalahanya pengetahuan tentang sains dan kebudayaan haruslah merupakan buah dari pengetahuan tentang fakta proses berfikir, metode berfikir, beserta berbagai teknik berfikirnya. Para pemikir komunis berhasil menyimpulkan bahwa keberadaan akal meski bergantung pada adanya fakta dan otak. Keberadaan keduanya secara bersamaan merupakan syarat utama dan mendasar bagi eksistensi akal. Usaha mereka bisa dipandang sebagi usaha yang serius dan benar, sampai disini sebenarnya mereka telah berjalan diatas jalan yang lurus, yang bisa menghantarkan meraka pada pengetahuan yang yakin dan pasti tentang fakta akal. Sayangnya ketika mereka berusaha mengaitkan fakta dengan otak muntuk menghasilkan pemikiran atau untuk mewujudkan proses berfikir, mereka tergelincir dalam kekeliruan. Mereka menyimpulkan bahwa keterkaitan keduanya adalah proses refleksi fakta tersebut terhadap otak. Sehingga mereka keliru didalam memahami fakta akal yang kemudian mereka juga keliru dalam mendefinisikan akal.
Penyebab kekeliruan mereka adalah karena terus mengingkari eksistensi pencipta yang telah menciptakan alam semesta ini dari ketiadaan. Jika saja mereka menyatakan bahwa pengetahuan mendahului pemikiran, mereka pasti akan mendapatkan kebenaran yang nyata. Dalam hal ini, pertanyaanya adalah, darimana datangnya pemikiran (ma’rifah) yang muncul sebelum adanya fakta? Jawabanya, pasti datang dari selain fakta. Pertanyaan selanjutnya, dari mana asalnya pemikiran pada manusia pertama? Jawabanya, pemikiran itu mesti datang dari selain manusia pertama dan dari selain fakta. Artinya , manusia pertama dari seluruh fakta yang ada telah diwujudkan oleh Yang telah memberikan pengetahuan kepada manusia pertama itu, ini berbeda dengan pengetahuan kaum komunis yang merka anggap pasti bahwa alam dan fakta itu azali (eternal). Oleh karena itu mereka mengatakan behwa refleksi fakta terhadap otak adalah akal dan bahwaproses refleksilah yang membentuk pemikiran dan sekaligus proses berfikir.
Untuk menghindari keharusan adanya pengetahuan, kalangan komunis berusaha membuat bermacam macam fantasi dan asumsi. Mereka menyatakan bahwa manusia pertama telah melakukan percobaan (eksperimen) atas berbagai fakta hingga menghasilkan pengetahuan. Percobaan percobaan ini menjadi sejumlah pengetahuan yang akan membantu dirinya untuk mengadakan percobaan lain atas sejumlah fakta yang lain. Demikian seterusnya. Mereka tetap berpendapat bahwa fakta, adalah akal atau pemikiran, yang akan mewujudkan adanya proses berfikir. Mereka tidak bisa melihat perbedaan antara penginderaan (ihsas, sensation) dan refleksi (in`ikas, reflection). Mereka juga tidak bisa melihat bahwa aktivitas berfikir (a`maliyah attafkir) tidak dihasilkan melalui proses refleksi fakta atas otak dan tidak juga dari terbentuknya kesan fakta pada otak, melainkan dihasilkan melalui proses penginderaan atau pencerapan. Pusat pengideraan tersebut adalah otak. Andaikata tidak ada penginderaan fakta, tidak akan ada proses berfikir apapun. Dengan demikian kegagalan mereka membedakan penginderaan dan refleksi telah semakin menambah kesalahan mereka dan memalingkan proses berfikir dari jlan yang telah mereka tempuh sebelumnya. Akhirlah terbentuklah definisi mereka tentang fakta akal dan jatuhlah mereka dalam kekeliruaan pendefisiannya.
Definisi akal yang benar disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 31-33
“ Allah telah mengajarkan (memberi informasi) kepada adam nama- nama (benda-benda) seluruhnya kemudian Allah mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman, “ sebutkanlah kepadaku nama- nama benda- benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar! “ Mereka menjawab “Maha Suci Engkau tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah kami ajarkan pada kami. Sesungguhnya Engkau Maha Tahu dan Maha Bijaksana.” Hai Adam beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda- benda itu !” Maka setelah adam memberitahukan kepada mereka nama-nama benda itu , Allah berfirman “ Bukankah sudah Aku katakana kepadamu bahwa seseungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi serta mengetahui apa saja yang kamu tampakkan dan apa yang kamu sembunyikan.”
Ayat ini menunjukkan bahwa informasi terdahulu pasti ada untuk sampai pada pengetahuan apapun. Nabi Adam ‘alaihi salam sudah diberi informasi oleh Allah SWT tentang nama benda-benda atau apa yang ditunjukkan oleh nama-nama tersebut. Oleh karena itu, ketika benda-benda itu disodorkan ke hadapan nabi Adam dia langsung mengetahuinya. Manusia pertama, yaitu Adam telah diberi sejumlah informasi oleh Allah hingga ia bisa mengetahui nama- nama benda-benda seandainya. Seandainya informasi tersebut tidak ada, Adam tentu tidak akan mengetahuinya.
Oleh karena itu, jalan lurus yang bisa menyampaikan pada pengetahuan tentang makna akal secara meyakinkan dan pasti, adalah harus terwujudnya empat komponen akal agar aktivitas akal (a`maliyah akliyah), atau akal (`aql) dan pemikiran (fikr), dapat terwujud. Harus ada fakta, otak manusia yang normal, panca indra, dan informasi terdahulu. Empat komponen akal ini, secara keseluruhan, haruslah dipastikan keberadaanya dan dipastikan kebersamannya dengan begitu akan terwujud aktivitas akal.
Berdasarkan penjelasan diatas maka definisi akal (`aql), pemikiran (fikr), atau kesadaran (idrak) adalah pemindahan penginderaan terhadap fakta melalui panca indra kedalam otak yang disertai adanya informasi-informasi terdahulu yang akan digunakan untuk menafsirkan fakta tersebut.
Berdasarkan asas pemikiran diatas, sebagai contohnya adalah seorang anak 4 tahun, yang sebelumnya tidak pernah diberi informasi tentang singa (melihat ataupun mendengar). Dia juga tidak pernah melihat atau mendengar anjing dan gajah. Jika menyodorkan ketiga mahluk tersebut atau gambarnya , lalu memintanya mengenali masing – masing benda tersebut atau mngenali namanya maka dia tidak akan mengetahui apapun. Maka disitulah pentingnya informasi terdahulu dalammelakukan pemikiran dari fakta yang ada.

Keajaiban Ilmiah Al-Qur’an Yang Tertuang Dalam Kelautan
Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman:



Dan Dialah yang mempertemukan dua laut; yang ini tawar lagi segar, dan yang ini asin lagi pahit. Dan Dia menjadikan di antara keduanya ada batas dan penghalang yang tidak terlampaui. (QS Al-Furqon: 53)

“Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuknya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui." (an-Naml: 61)

Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing. Maka ni’mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. Dari keduanya keluar mutiara dan marjan. (QS. Ar-Rahman: 19-22)
Ilmu pengetahuan modern menyatakan bahwa ada pertemuan air laut dari dua lokasi yang berbeda, yang satu dari laut lain sedangkan satunya lagi dari laut yang lain lagi. Kedua air laut tersebut bertemu di suatu tempat. Seandainya masing-masing dari dua air laut tersebut memiliki salinitas (kadar garam) yang berbeda atau temperatur yang berbeda, apakah keduanya akan bercampur ketika bertemu di satu tempat sehingga keadaan awal dari masing-masing (salinitas maupun temperature) berubah menjadi satu keadaan salinitas dan temperature yang baru?
Al-Quran menjawab dengan pasti, bahwa salinitas maupun suhu awal dari masing-masing air laut tersebut tetap dipertahankan dan tidak saling mempengaruhi, walaupun kedua air laut tersebut bertemu di satu tempat, dengan kata lain tidak terjadi percampuran! Bagaimana ilmu pengetahuan & tehnologi menanggapi penegasan Al Quran tersebut? Mendukungkah (membenarkan) atau menyalahkan? Ternyata bukti ilmiah (empiric) membuktikan fakta tentang adanya kebenaran yang ditegaskan oleh Al
Gambar : Pertemuan dua laut
Penelitian modern di masa sekarang menemukan adanya gejala yaitu bahwa ada batas di antara dua air laut yang bertemu di satu tempat, sehingga masing-masing air laut tersebut tetap memiliki (mempertahankan) temperature, salinitas (kadar garam) maupun densitas (kekentalan) yang berbeda. Dengan makna yang setara yaitu keadaan air laut yang satu dengan lainnya tidak saling mempengaruhi, walaupun keduanya bertemu di satu tempat, karena adanya batas di antara pertemuan dari dua air laut tersebut.



Penegasan Al Quran dan pembuktian ilmiah ini dapat ditemukan yaitu pada peristiwa air laut dari Mediterranean yang masuk ke wilayah perairan laut Atlantik sampai ke kedalaman sekitar 1000 meter dari permukaan laut. Ternyata derajat kehangatan (suhu) sekitar 11,5 maupun kadar garam sekitar di atas 36,5% dari air laut Mediterranean yang telah berada di kedalaman air laut Atlantik, tetap tidak terpengaruh oleh suhu maupun salinitas (kadar garam) dari air laut Atlantik yang mengelilinginya. Dimana air laut Atlantik di kedalaman sekitar 1000 meter yang mengelilingi air laut (yang tadinya berasal dari) Mediterranean juga memiliki suhu dan salinitas (kadar garam)-nya sendiri yang berbeda, yaitu bersuhu sekitar 10,0 dan dengan salinitas sebesar di bawah 36,0%, berbeda dengan air laut Mediterranean yang dikelilinginya. Padahal kedua air laut tersebut (air laut Mediterranean dan air laut Atlantik) bertemu di satu tempat di kedalaman sektiar 1000 meter, tetapi keadaan masing-masing kedua air laut tersebut tidak saling mempengaruhi. Ini terjadi karena ada batas yang memisahkan di antara pertemuan dua air laut tersebut.
Adapun contoh lainnya di daerah Cenote Angelita, Mexico. Disana ada sebuah gua. Jika menyelam sampai kedalaman 30 meter, akan ditemukan air segar (tawar), namun jika menyelam sampai kedalaman lebih dari 60 meter, airnya menjadi air asin, lalu dapat dilihat sebuah “sungai” di dasarnya, lengkap dengan pohon dan daun-daunan.
أَوْ كَظُلُمَاتٍ فِي بَحْرٍ لُجِّيٍّ يَغْشَاهُ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ سَحَابٌ ۚ ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَا أَخْرَجَ يَدَهُ لَمْ يَكَدْ يَرَاهَا ۗ وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ اللَّهُ لَهُ نُورًا فَمَا لَهُ مِنْ نُورٍ
Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun. (Al Qur'an, An-Nuur, 24:40)
Ayat ini menyebutkan kegelapan yang dapat ditemukan di laut dalam, di mana jika seseorang menjulurkan tangan ia tak akan bisa melihatnya. Kegelapan di dalam lautan dan samudera ditemukan sekitar kedalaman 200 meter ke bawah. Pada kedalaman ini, hampir-hampir tidak ada cahaya lagi (lihat gambar). Di bawah kedalaman 1000 meter, tidak ada cahaya sama sekali.

Manusia tidak berkemampuan menyelam lebih dari kedalaman 40 meter tanpa bantuan kapal selam atau peralatan khusus. Manusia tak akan bertahan tanpa perlengkapan di bagian gelap dari lautan, semisal pada kedalaman 200 meter.
Gelapnya kedalaman laut ini hanya diketahui oleh para ilmuwan di masa sekarang melalui berbagai peralatan khusus dan kapal atau peralatan selam yang memungkinkan mereka menyelam ke kedalaman lautan.
Tanpa peralatan khusus, tidak mungkin manusia di jaman Nabi Muhammad mengetahui bagaimana bentuk kegelapan di dalam lautan. Ini membuktikan bahwa Al Qur'an diturunkan oleh Allah Yang Maha Mengetahui.
Kita juga melihat dalam penggalan kalimat dari ayat di atas yang berbunyi: "...yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan;" bahwa air di laut yang dalam diliputi oleh ombak dan di atas ombak ini ada ombak lain. Sangat jelas bagi kita bahwa lapisan ombak yang ke dua ini adalah ombak di permukaan laut yang biasa kita lihat, karena ayat tersebut menyebutkan adanya awan di atasnya. Tetapi bagaimana dengan ombak yang disebutkan pertama? Adakah ombak lain di bawah permukaan laut?
Para ilmuwan telah menemukan pada masa sekarang adanya ombak dalam (internal waves) yang "terjadi pada batas pertemuan dua lapisan air yang memiliki perbedaan kepekatan." (lihat gambar).

Ombak dalam terjadi pada permukaan lapisan air di kedalaman lautan karena ia memiliki kepekatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan air di atasnya. Ombak dalam berperilaku mirip ombak permukaan. Ia juga bisa pecah seperti ombak di permukaan laut. Namun ombak dalam tidak bisa terlihat oleh mata biasa. Ia hanya bisa dideteksi melalui peralatan canggih dengan mempelajari perubahan suhu dan kandungan garam pada suatu lokasi tertentu.
Semua ini adalah bukti keajaiban Al Quran dalam menegaskan adanya batas di antara pertemuan dua air laut yang membuat masing-masing keadaan dari kedua air laut yang bertemu di satu tempat tersebut tetap dipertahankan. Perlu diketahui bahwa untuk melakukan penyelidikan ke bawah laut tidaklah semudah seperti kalau anda akan berenang di kolam. Ada banyak rintangan mulai dari tekanan air dan persediaan udara untuk menyokong kehidupan penyelam. Juga tidak semudah masuk begitu pula untuk keluarnya, karena selain masuk menuju kedalaman lautan butuh persiapan yang baik, maka demikian pula untuk keluar menuju permukaan laut membutuhkan pengetahuan yang tidak asal-asalan. Kalau anda mencoba menyelam ke kedalaman lautan apalagi untuk waktu cukup lama, dan menuju permukaan secara langsung tanpa perlahan setahap demi setahap, maka boleh jadi anda akan terserang pingsan, karena perbedaan tekanan yang begitu cepat akan mengagetkan jaringan tubuh. Untuk semua bentuk persiapan ini adalah hal yang tidak dapat dilakukan oleh manusia di masa kehidupan Rasulullah.
Namun penegasan Al Quran tentang adanya batas di antara kedua lautan ini diakui kebenarannya di masa jauh ke depan melampaui masa kehidupan Muhammad Saw yaitu setelah kemajuan ilmu pengetahuan & tehnologi modern tercapai.
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
AL QURAN DAN SAINS
‘MANUSIA AKAL DAN PENGETAHUAN’

Disusun oleh :
Setyaning Pawestri (11611)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top