Cara Rosul SAW mendidik Anak
Feb 13
Cara Rasul SAW mendidik anak
Kisah Teladan – Berikut ini mhttp://kurni4saputr4stmikprsw.wordpress.com/2012/02/13/cara-rosul-saw-mendidik-anak/erupakan salah satu contoh yang mungkin
bisa menjadi teladan buat kita semua. Yaitu cara-cara mendidik anak
yang dilakukan oleh Rasululah Nabi Muhammad SAW. Banyak orangtua yang
tidak begitu memperhatikan pendidikan agama pada anak-anaknya sehingga
mereka hidup tanpa tuntunan. Padahal agama memberikan panduan lengkap
mendidik anak. Nah, lewat tulisan ini saya akan memberikan gambaran
jelas tentang cara mendidik anak ala Rasullulah SAW. Semoga menjadi
Kisah teladan yang bermanfaat bagi kita semua. Anak ibarat kertas putih,
yang bisa ditulis dengan tulisan apa saja. Peran orangtua sangatlah
vital. Karena melalui orangtualah, anak akan menjadi manusia yang baik
atau tidak.Rasulullah SAW, sebagai teladan paripurna, telah memberikan
tuntunan bagaimana mendidik dan mempersiapkan anak. Dan hal yang paling
penting adalah keteladanan dalam melakukan hal-hal yang utama. Inilah
yang harus dilakukan orangtua. Bukan hanya memerintah dan menyalahkan,
tapi yang lebih penting adalah memberikan contoh konkret. Secara
simultan hal itu juga harus ditopang oleh lingkungan, pergaulan, dan
masyarakat. Pendidikan Islam benar-benar telah memfokuskan perhatian
pada pengkaderan individu dan pembentukan kepribadian secara Islami.
Semua itu dilakukan dengan bantuan lembaga-lembaga pendidikan Islam di
dalam masyarakat tempat ia tinggal. Dan lembaga pendidikan Islam paling
dini adalah orangtua dan keluarga, yang berperan sebagai madrasah
pertama dalam kehidupan individu. Selain itu juga masjid, sebagai
lembaga agama yang berperan mendidik individu dalam meningkatkan
kualitas iman kepada Allah SWT dan menumbuhkan perilaku baik di dalam
dirinya. Juga sekolah, sebagai lembaga pendidikan yang berperan
membekali individu dengan keterampilan-keterampilan yang harus dimiliki
dalam kehidupan ini. Seorang anak menjalankan seluruh kehidupannya di
dalam lingkungan keluarga, maka keluarga sangat bertanggung jawab dalam
mengajari anak tentang berbagai macam perilaku Islami. Keluarga juga
bertanggung jawab untuk membekali anak dengan nilai-nilai pendidikan
sosial yang baik. Yang harus diperhatikan dan sangat penting dalam
kehidupan anak yaitu pendidikan aqidah, lalu pendidikan rukun iman,
pendidikan ibadah, dan pendidikan akhlaq. Sangat penting diajarkan
kepada anak bahwa sebaik-baik manusia adalah mereka yang mempunyai
akhlaq yang mulia. Dan itu juga ditopang dengan contoh yang mereka
temukan di dalam keluarga dan lingkungan. Setiap anak muslim hendaknya
diajari untuk selalu berakhlaq baik, seperti sikap ihsan, amanah,
ikhlas, sabar, jujur, tawadhu, malu, saling menasihati, adil, membangun
silaturahim, menepati janji, mendahulukan kepentingan orang lain, suci
diri, dan pemaaf. Akhlaq yang baik merupakan fondasi dasar dalam ajaran
Islam. Dan akhlaq yang baik diperoleh dengan berjuang untuk menyucikan
jiwa, mengarahkannya untuk berbuat , dan menjauhkan diri dari perbuatan
dosa dan maksiat. Oleh karena itu perbuatan ibadah tidak lain merupakan
sarana untuk mencapai akhlaq yang baik. Dalam hal ini Rasulullah SAW
adalah contoh yang paling baik, teladan yang paripurna, dunia akhirat.
Allah SWT berfirman; “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi
pekerti yang agung.” (QS Al Qalam:4). Rasulullah SAW bersabda; “Aku
diutus untuk menyempurnakan akhlaq.” (HR Al-Bukhari). • Ihsan Ihsan
adalah perbuatan manusia dalam melaksanakan seluruh ibadahnya secara
baik dan menjalankannya secara benar. Perbuatan ihsan juga terdapat
dalam bentuk interaksi dengan siapa pun makhluk Allah SWT. Ihsan
mempunyai beberapa pengertian: Bersungguh sungguh dalam belajar dan
profesional dalam bekerja. Membalas keburukan orang-orang yang berlaku
salah dengan kebaikan atau menerima permintaan maaf dari mereka.
Menjauhkan diri dari perilaku balas dendam dan memendam amarah (Setiap
anak didik harus belajar memaafkan orang lain dan memberikan nasihat
yang baik dengan penuh hikmah). Mengikuti jejak langkah Rasulullah SAW
dalam memiliki nilai moral yang tinggi dan menjadikannya contoh utama
dalam kehidupan ini. Sebagaimana firman Allah SWT, “Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemunkaran, dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran.” (OS An-Nahl: 90). Rasulullah SAW juga bersabda,
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat balk dalam berbagai hal.
Seandainya kalian membunuh, bunuhlah dengan cara yang baik; dan
seandainya kalian menyembelih, sembelihlah dengan cara yang baik.
Hendaknya salah seorang di antara kalian mempertajam mata pisaunya dalam
membunuh binatang sembelihannya.” (HR Muslim). • Amanah Amanah adalah
menyampaikan hak hak kepada orang yang memilikinya tanpa mengulur-ulur
waktu. Sikap amanah dalam dunia ilmu pengetahuan berarti belajar dengan
tekun dan rajin, sedangkan sikap amanah dalam berinteraksi dengan sesama
manusia adalah dengan menjaga rahasia-rahasia mereka. Sebelum
Rasulullah SAW menjadi nabi, masyarakat Jahiliyah yang hidup di sekitar
Rasulullah SAW selalu menjuluki beliau dengan kata-kata Al-Amin, “orang
yang terpercaya”. Itu karena para rasul memang memiliki sikap amanah,
begitu pula dengan hamba-hamba Allah yang shalih. Allah SWT berfirman
dalam surah An-Nisa, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanah kepada yang berhak menerimanya.” Rasulullah SAW bersabda,
“Jadilah kalian orang yang amanah bagi orang orang yang telah
mempercayaimu, dan janganlah kalian mengkhianati orang yang
mengkhianatimu.” (HR Daraquthni). • Ikhlas Seorang anak harus diajari
untuk berbuat ikhlas, baik dalam melaksanakan pekerjaannya maupun proses
belajarnya. Semua itu harus mereka laksanakan dengan ikhlas, demi
mendapatkan ridha Allah SWT. Jangan sampai perbuatan tersebut
dilandaskan pada sifat munafik, riya’, atau hanya mendapatkan pujian
dari orang-orang. • Sabar Seorang anak harus belajar bahwa kesabaran
adalah mendapatkan sesuatu yang tidak disenangi dengan jiwa yang lapang
dan bukan dengan kemarahan atau keluhan. Sikap sabar dapat
termanifestasi melalui sikap, baik dalam melaksanakan ibadah maupun
muamalah, serta menjauhkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat. Oleh
karena itu seorang mualim yang sabar akan menerima hal buruk dan siksaan
terhadap dirinya dengan sikap yang tetap sabar. Allah SWT berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranmu, dan tetaplah bersiap siaga di perbatasan negerimu dan
bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (QS Ali Imran: 200).
Pada ayat yang lain Allah SWT berfirman, “Sesugguhnya hanya orang yang
bersabarlah yang dicukupkan pahala tanpa batas.” (QS Az-Zumar: 10).
Rasulullah SAW bersabda, “Betapa menakjubkannya perkara orang-orang
beriman, segala perkara mereka baik, dan hal itu tidak didapatkan
kecuali oleh orang beriman. Apabila mendapatkan kebahagiaan, ia akan
bersyukur dan itu adalah hal yang terbaik bagi dirinya. Begitu pula
apabila ditimpa kesedihan, ia akan bersabar dan hal itu adalah yang
terbaik bagi dirinya.” (HR Muslim). • Jujur Dalam menjalankan ibadah,
muamalah, baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan, seorang mualim
hendaklah berlaku jujur,hanya untuk mengharapkan ridha Allah SWT.
Seorang anak hendaknya diajarkan untuk memiliki sifat jujur, baik di
dalam perkataan maupun perbuatannya, sehingga setiap ucapan yang keluar
dari mulutnya sesuai dengan realitas yang ada. Tidak berbohong di
hadapan orang lain, karena sifat bohong adalah satu ciri orang munafik.
Sifat jujur akan mendatangkan keberkahan dalam rizqi serta dapat
membantu seseorang mualim untuk meraih nurani yang tenteram dan jiwa
yang damai. Allah SWT berfirman dalam AlQuran, “Di antara orang-orang
mukmin itu ada orang yang menepati apa yang mereka janjikan kepada
Allah, maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada
pula yang menunggu-nunggu, dan mereka sedikit pun tidak mengubah
janjinya.” (QS AlAhzab: 23). Rasulullah SAW bersabda, “Hendaknya kalian
berlaku jujur. Karena kejujuran akan menunjukkan seseorang pada
perbuatan baik, dan perbuatan baik akan membawa seseorang kepada surga.
Seseorang yang memiliki sifat jujur dan terus mempertahankan
kejujurannya, di sisi Allah akan tercatat sebagai orang yang jujur. Dan
hendaknya kalian menjauhkan diri dari sifat bohong. Karena kebohongan
akan menyeret seseorang pada dosa, dan dosa akan mengantar manusia ke
pintu neraka. Seseorang yang berbuat bohong dan masih terus melakukan
kebohongan, di sisi Allah akan tercatat sebagai pembohong.” (HR Muslim).
• Tawadhu’ Seorang anak hendaknya diajari bahwa tawadhu’ atau rendah
hati hanya dapat dicapai dengan menjauhkan diri dari sifat sombong di
hadapan hamba Allah yang lain. Jalinlah hubungan dengan fakir miskin,
karena doa mereka mustajab. Dan bergaullah dengan baik dengan siapa
saja. Usahakan untuk menjauhkan diri dari sikap angkuh,
mengagung-agungkan diri, baik dengan memperlihatkan harta, mahkota,
maupun ilmu pengetahuan. Jangan suka dengan puji-pujian yang berlebihan
atau penghormatan di luar batas. Salah satu sikap tawadhu’ Rasulullah
SAW, beliau sangat tidak suka orang-orang memberikan pujian kepada
beliau atau berdiri untuk memberi penghormatan kepada beliau. Tidak
hanya itu, Rasulullah SAW juga tidak pernah membedakan diri beliau
dengan para sahabat beliau sehingga beliau pun mengerjakanapa yang para
sahabat kerjakan. Rasulullah pun terbiasa bercanda dengan para sahabat,
mendatangi mereka, bermain dengan putra-putra mereka, dan memulai untuk
mengucapkan salam atau menjabat tangan para sahabat terlebih dahulu.
Allah SWT berfirman dalam surah Al Furqan: 63, “Dan hamba-hamba yang
baik dari Tuhan, Yang Maha Penyayang, adalah orang-orang yang berjalan
di atas bumi dengan rendah hati; dan apabila orang-orang jahil menyapa
mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan.”
Begitu juga dalam firman lainnya. “Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk
orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan
di muka bumi. Dan kesudahan yang baik itu adalah untuk orang-orang yang
bertaqwa.” (QS Al-Qashash: 83). • Malu Seorang anak hendaknya diajari
bahwa malu adalah bagian dari iman, yang dapat mendekatkannya pada
kebaikan dan menjauhkan dari keburukan. Sikap malu akan mencegah seorang
mualim untuk melakukan perbuatan dosa. Selain itu juga akan menjadikan
seorang mualim untuk berbicara benar dalam berbagai kondisi. Rasulullah
SAW adalah orang yang,sangat pemalu, sehingga beliau tidak pernah
berbicara kecuali yang baik-baik saja. Rasulullah SAW bersabda, “Barang
siapa tidak memiliki rasa malu, maka ia tidak memiliki keimanan.” (HR
Bukhari Muslim). • Saling Menasihati Seorang anak hendaknya diajari
bahwa nasihat adalah perkataan yang tulus, terlepas dari maksud-maksud
tertentu ataupun hawa nafsu. Maka seorang mualim hendaknya memberikan
nasihat kepada mualim lainnya. Karena nasihat dapat melepaskan seseorang
dari api neraka. Sering memberi nasihat juga bagian dari akhlaq para
nabi dan rasul. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Ashy ayat 3, “Demi
masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan aural shalih dan
nasih-menasihati supaya menetapi kesabaran.” Rasulullah SAW juga
bersabda, “Agama adalah sebuah nasihat.” Para sahabat bertanya, “Bagi
siapa, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Bagi (milik) Allah, para
rasul, dan seluruh kaum mualimin.” (HR Muslim). • Adil Seorang anak
haruslah diajari bahwa keadilan adalah sifat utama, yang mana seseorang
menempatkan sesuatu pada tempatnya. la haruslah menjunjung tinggi sifat
kebenaran dan membela mereka yang terzhalimi. Allah SWT berfirman,
“Sesungguhnya Allah SWT menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat
kebajikan….” (QS An-Nahl: 90). Rasulullah SAW bersabda, “Orang orang
sebelum kalian telah hancur; karena apabila mereka yang terhormat
mencuri, mereka akan membiarkannya, tetapi apabila ada orang lemah yang
mencuri, mereka menerapkan hukum kepadanya.” (HR Al-Bukhari). •
Membangun Silaturahim Silaturahim adalah berbakti dan berbuat baik
kepada orangtua serta kaum kerabat. Di samping itu juga menjaga hak-hak
para tetangga dan orangorang lemah. Semua itu dilakukan untuk mempererat
ikatan hubungan di antara keluarga dan untuk menumbuhkan rasa cinta di
antara manusia. Yang termasuk dalam bagian silaturahim adalah berlaku
baik dan sopan ketika bertemu dengan kaum kerabat, serta menyambut
kedatangan mereka dengan suka cita. Silaturahim juga dapat diartikan
sebagai mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui cara mengikatkan tali
kekeluargaan, menyambut kedatangan para tetangga dengan suka cita, dan
menampakkan wajah senang ketika bertatap muka dengan mereka. Tidak hanya
itu, silaturahim juga dapat termanifestasi melalui menjenguk orang yang
sakit, dan membantu meringankan beban mereka. Allah SWT berfirman, “Dan
orangorang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya
dihubungkan dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang
buruk.” (QS Ar-Ra’d: 21). • Menepati Janji Tanamkan rasa percaya kepada
anak bahwa menepati janji yang telah dibuatnya merupakan salah satu
tanda orang beriman, dan Allah SWT menyukai hal itu. Kalau ia tidak
mampu menepatinya, ajarkan pula untuk minta maaf. Menyalahi janji
termasuk dalam kategori perbuatan hina, karena perbuatan itu hanya akan
menghilangkan kepercayaan dan rasa hormat. Tidak hanya itu, perbuatan
tersebut juga akan melahirkan kemurkaan Allah. Allah SWT berfirman, “Dan
penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti dimintai
pertanggungjawabannya.” (QS Al-Isra: 34). • Mendahulukan Kepentingan
Orang Lain Ikhlas berkorban dan mendahulukan kepentingan orang lain
termasuk dalam perbuatan-perbuatan yang utama dalam ajaran Islam. Sikap
ini terimplementasi dalam bentuk mencintai orang lain, melayani
kebutuhan kaum mualimin, berkorban demi kepentingan mereka, dan memiliki
keyakinan bahwa ikatan persaudaraan dalam Islam dan mendahulukan
kepentingan sesama saudara mualim merupakan akhlaq mulia. Oleh karena
itu marilah bersegera melaksanakan perbuatan wajib demi mendapat ridha
Allah SWT tanpa harus menunggu ucapan terima kasih. Dan mulailah
mendahulukan kepentingan orang lain, karena sifat itu dapat membebaskan
seorang mualim dari sifat egois. Allah SWT berfirman, “Dan mereka
mengutamakan (orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun
mereka memerlukan spa yang mereka berikan itu. Dan siapa yang dipelihara
dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang yang beruntung.” (QS
Al-Hasyir: 9). Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah beriman seseorang
sebelum mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.” Mari
kita ajarkan kepada anak-anak kita untuk berkasih sayang dengan sesama,
terutama kepada orang-orang lemah dan tertindas. Tidak merendahkan atau
menyakiti, apalagi mencela mereka. Hendaklah kita selalu bersikap lemah
lembut kepada makhluk Allah yang lain. Kasih sayang akan mendatangkan
cinta dan menyatukan hati. Sikap keras hanya akan memisahkan hati dan
menumbuhkan kebencian. Marilah kita membiasakan diri untuk meminta maaf
kepada orang lain, memberikan pertolongan dan manfaat untuk sesama dan
menjadikan Rasulullah SAW sebagai suri tauladan. Allah SWT berfirman,
“Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan sating berpesan untuk
berkasih sayang….” (QS Al-Salad 17). Rasulullah SAW bersabda, “Barang
siapa tidak mengasihi, maka tidak akan dikasihi.” (HR Bukhari Muslim). •
Suci Diri Islam adalah agama yang mengajarkan kebersihan. Islam sangat
menganjurkan kepada setiap individu mualim agar selalu menjaga
kebersihan badan, pakaian, dan tempat tinggal masingmasing. Seorang
mualim hendaknya menyucikan diri dari najis dan kotoran yang menempel
pada pakaian atau badan, karena ketika menghadap Allah SWT seseorang
diharuskan bersuci. Ajaran Islam menganjurkan mempergunakan pakaian yang
bersih dan yang terbaik untuk bersujud menghadap Allah SWT. Allah SWT
berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku, dan
sapulah kepalamu, dan basuhlah kakimu sampai dengan kedua mata kaki; dan
jika kamu junub, mandilah.” (QS AI-Maidah: 6). • Pemaaf Sifat utama
lain yang kita ajarkan kepada anak-anak adalah murah hati, pemaaf, dan
berani karena benar. • Pengetahuan ihwal Akhlaq yang Buruk Kita juga
harus memberi tahu kepada anak-anak kita ihwal akhlaq yang buruk.
Diharapkan dengan pengetahuan itu anak-anak bisa menghindar dari hal
tersebut. Sifat yang jelek itu seperti ghibah atau ngerumpi, yakni
membicarakan keburukan-keburukan saudaranya sesama mualim dan orang yang
dibicarakan itu tidak ada di hadapannya. Perbuatan ghibah itu bisa
dalam bentuk perkataan, perbuatan, isyarat, ataupun sindiran. Kemudian
namimah, yaitu perbuatan seseorang yang menukil perkataan seseorang dan
kemudian menyampaikannya kepada orang lain dengan tujuan mengobarkan api
permusuhan di antara kedua orang tersebut. Akhlaq tercela lainnya
seperti riya’, hasad, ucapan keji, sombong, penyindir, pemalas, marah,
kikir, bohong, tamak. Mereka yang berakhlaq baik biasanya hatinya akan
dicondongkan kepada ajaran agama. Mudah bagi mereka menerima nasihat,
dan selalu melakukan evaluasi diri. Anak-anak yang tumbuh di tengah
keluarga yang istiqamah mengerjakan perintah Allah SWT dan menghindari
larangan-Nya insya Allah akan selalu dituntun-Nya dalam pendidikan dan
kasih sayang-Nya. Itulah tadi salah satu contoh kisah teladan yang akan
sangat baik bila kita mengambil nilai-nilai positif dari kisah tersebut.
Semoga dapat bermanfaat positif bagi anda yang Kisah Teladan ini.
Wassalam,,,,,,,
terima kasih karena sudah sudi untuk membaca artikel yg mungkin agk membikin capek pembaca.
semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. amin………….
0 komentar:
Posting Komentar