يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى
رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ
تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ يَوْمَ لاَ يُخْزِي اللهُ
النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ
أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا
نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
"Hai orang-orang yang beriman,
bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang
semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan nabi
dan orang-orang mukmin yang bersamanya." (QS. At-Tahrim: 8)
Adakah Shalat Hajat dan Shalat Taubat?
Disyari'atkan Shalat Taubat Bagi Pelaku Maksiat
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya serta umatnya yang berpegang teguh kepada sunnah-sunnahnya hingga akhir zaman.
Allah adalah Tuhan semesta alam. Dia-lah
penguasa langit dan bumi serta apa yang ada di dalamnya. Dia menetapkan
takdir bagi semua makhluk-Nya dan menetapkan syariat yang harus mereka
jalankan. Dia menetapkan perintah dan larangan yang harus dipatuhi, dan
juga menyiapkan balasan bagi keduanya. Siapa yang taat mendapat pahala
sedangkan yang bermaksiat mendapat siksa.
Sesungguhnya sejak awal Allah
menciptakan manusia menyertakan kelemahan dalam diri mereka. Lemah untuk
melaksanakan berbagai perintah Allah yang sangat banyak dan lemah dalam
meninggalkan semua larangan karena banyaknya sarana yang memikat dan
menarik. Orang yang merasa dirinya sempurna dan hebat, tidak akan mau
bertaubat kepada Allah, karena merasa dirinya orang suci yang tidak
memiliki dosa. Karenanya Allah berfirman:
فَلا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
"Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa." (QS. Al Najm: 32)
Sesungguhnya taubat adalah kebutuhan
seorang hamba yang memahami kewajibannya dan kelemahan dirinya dalam
melaksanakan seluruh kewajiban tersebut. Maka banyak sekali kita
dapatkan dari ayat-ayat al-Qur'an dan hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang menganjurkan dan memotifasi seorang mukmin untuk bertaubat. Di antaranya,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى
رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ
تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ يَوْمَ لاَ يُخْزِي اللهُ
النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ
أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا
نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
"Hai orang-orang yang beriman,
bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang
semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan nabi
dan orang-orang mukmin yang bersamanya." (QS. At-Tahrim: 8)
وَتُوبُوا إِلَى اللهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (QS. An-Nur: 31)
أَفَلاَ يَتُوبُونَ إِلَى اللهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ وَاللهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
"Maka Mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya?. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Maidah : 74)
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لاَ تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku
yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Az-Zumar : 53)
Diriwayatkan dari Abu Sa'id Al-Khudri Radliyallah 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّ اللهَ
عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ
وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ حَتَّى
تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا
"Sungguh Allah 'Azza wa Jalla
membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk merima taubat pelaku dosa
di siang hari, dan akan membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk
menerima taubat pelaku dosa di malam hari." (HR. Imam Muslim)
Diriwayatkan dari Rifa'ah Al-Juhni, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّ اللهَ
يُمْهِلُ حَتَّى إِذَا ذَهَبَ مِنْ اللَّيْلِ نِصْفُهُ أَوْ ثُلُثَاهُ
قَالَ لَا يَسْأَلَنَّ عِبَادِي غَيْرِي مَنْ يَدْعُنِي أَسْتَجِبْ لَهُ
مَنْ يَسْأَلْنِي أُعْطِهِ مَنْ يَسْتَغْفِرْنِي أَغْفِرْ لَهُ حَتَّى
يَطْلُعَ الْفَجْرُ
"Sungguh Allah akan memberi tangguh,
sehingga berlalu setengah atau sepertiga malam, lalu berfirman:
'hambaku tidak meminta kepada selain-Ku, maka siapa saja yang berdoa
kepada-Ku pasti kan Ku kabulkan, siapa saja yang meminta kepadaku pasti
kan kupenuhi permintaannya, siapa saja yang memohon ampun pada-ku pasti
kan kuampuni sehingga terbit faja'." (HR. Imam muslim dan Ibnu Majah)
Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radliyallah 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
لَلَّهُ
أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ إِلَيْهِ مِنْ
أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ بِأَرْضِ فَلاَةٍ فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ
وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ فَأَيِسَ مِنْهَا فَأَتَى شَجَرَةً
فَاضْطَجَعَ فِي ظِلِّهَا قَدْ أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ فَبَيْنَا هُوَ
كَذَلِكَ إِذَا هُوَ بِهَا قَائِمَةً عِنْدَهُ فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا ثُمَّ
قَالَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ اللَّهُمَّ أَنْتَ عَبْدِي وَأَنَا رَبُّكَ
أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ
"Sungguh Allah sangat gembira dengan
taubat hambanya ketika bertaubat kepada-Nya, melebihi senangnya seorang
hamba yang bepergian dengan kendaraannya di sebuah negeri yang gersang,
lalu kendaraannya tadi hilang, padahal bekal makan dan minumnya berada
di atasnya, lalu ia patah harapan untuk mendapatkannya, lalu ia berteduh
di bawah pohon dengan diliputi kekecewaan. Ketika seperti itu,
tiba-tiba kendaraannya berdiri di sampingnya, lalu ia pegang tali
kendalinya, kemudian berkata dengan gembiranya : "Ya Allah, Engkau
adalah hambaku sedangkan akku adalah tuhan-Mu!! Dia telah melakukan
kesalahan karena terlalu gembira." (HR. Muslim)
Sebenarnya ia ingin berkata: "Ya Allah,
Engkau Tuhanku dan aku hamba-Mu", tapi lidahnya terbalik seperti di atas
karena kegembiraan yang luar biasa. Maka Allah lebih gembira dengan
taubat hamba-Nya melebihi kegembiraannya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallah 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
لَوْ أَخْطَأْتُمْ حَتَّى تَبْلُغَ خَطَايَاكُمْ السَّمَاءَ ثُمَّ تُبْتُمْ لَتَابَ عَلَيْكُمْ
"Seandainya kalian semua melakukan
kesalahan (dosa), sehingga dosa kalian mencapai setinggi langit,
kemudian kalian bertaubat pasti Allah akan mengampuni kalian." (HR. Ibnu Majah dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam al Shahihah: 2/604)
Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radliyallah 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
"Setiap anak Adam pasti memiliki kesalahan, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang mau bertaubat." (HR. Ibnu Majah dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam al Misykah dan shahih sunan Ibni Majah)
. . . Sesungguhnya taubat adalah kebutuhan seorang hamba yang memahami kewajibannya dan kelemahan dirinya dalam melaksanakan seluruh kewajiban. . .
Syarat Pokok Taubat
Sementara syarat pokok bagi orang yang bertaubat: Pertama, benar-benar menyesali perbuatan maksiatnya. Kedua, meninggalkan kemaksiatan yang telah dikerjakannya. Ketiga, bertekad kuat untuk tidak mengulanginya jika kesempatan serupa datang kepadanya. Keempat, memperbanyak istighfar (meminta ampunan) kepada Allah Ta'ala. Kelima, mengikutinya dengan amal-amal shalih dengan harapan supaya amal kebaikan itu menghapuskan keburukan-keburukannya.
Disyariatkannya Shalat Taubat
Dengan rahmat Allah yang luas, Dia
menjadikan perbuatan dosa sebagai titik tolak untuk mendapatkan
ridha-Nya. Yaitu dengan bertaubat kepada-Nya. Bahkan Dia menjadikan
kegiatan taubat dari dosa sebagai sarana mendekatkan diri kepada-Nya.
Karenanya, Dia Subhanahu wa Ta'ala mensyariatkan satu amal
utama dalam Islam yang bisa dijadikan sarana oleh seorang mudznid (orang
yang berdosa) dalam mengharap agar diterima taubatnya, yakni shalat
taubat.
Empat Imam Madhab bersepakat atas disyariatkannya shalat taubat. Dasarnya adalah hadits dari Abu Bakar al-Shiddiq Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَا مِنْ عَبْدٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا فَيُحْسِنُ الطُّهُورَ ، ثُمَّ يَقُومُ فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ ، ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللهَ إِلَّا غَفَرَ اللَّهُ لَهُ
"Tidaklah seorang hamba berbuat satu
dosa, lalu ia bersuci dengan baik, lalu berdiri untuk shalat dua rakaat,
kemudian memohon ampun kepada Allah, melainkan Allah akan mengampuni
dosanya."
Kemudian Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam membaca:
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
"Dan (juga) orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat
akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi
yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. [QS. Ali
Imran: 1365]." (HR. Abu Dawud no. 1521. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Abi Dawud)
Penulis Shahih Fiqih Sunnah dalam
megomentari hadits di atas, "Dalam sanadnya terdapat kelemahan, hanya
saja ayat tersebut menguatkan maknanya. Di samping itu, hadits ini juga
dishahihkan oleh sebagian ulama." (Shahih Fiqih Sunnah: 2/95)
Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnadnya, dari Abu Darda' Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
"Siapa yang berwudhu dan memperbagus wudhunya, lalu berdiri shalat dua
rakaat atau empat (salah seorang perawi ragu), ia memperbagus dzikir dan
khusyu' dalam shalatnya, kemudian beristighfar (meminta ampun) kepada
Allah 'Azza wa Jalla , pasti Allah megampuninya." (Para
pentahqiq al-Musnad mengatakan: Isnadnya hasan. Syaikh Al-Albani
menyebutkannya dalam Silsilah al-Ahadits al-Shahihah, no. 3398).
Perlu dicermati juga dari haditr di atas, shalat taubat tersebut adalah betul-betul sebagai ungkapan taubatnya. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan, “…lalu dia meminta ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala”, yakni bertaubat dengan
syarat-syarat taubat yang telah diterangkan ulama, yaitu:
1. Menyesali perbuatan dosanya
2. Meninggalkannya
3. Bertekad untuk tidak melakukannya lagi selama-lamanya
4. Bila terkait dengan hak orang, dia mengembalikannya kepada orang yang dizalimi.
Perhatian
Ada shalat taubat
yang tidak sesuai dengan tata cara di atas, sehingga termasuk bid’ah.
Caranya, seseorang mandi pada malam Senin setelah witir kemudian shalat
12 rakaat. Pada setiap rakaat dia membaca al-Fatihah, al-Kafirun 1 kali, dan al-Ikhlas 10 kali… dan seterusnya, dengan cara-cara yang tidak diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. (Lihat Mu’jamul Bida’ hlm. 343)
Wallahu
Ta'ala A'lam.
0 komentar:
Posting Komentar