Hakikat Penciptaan Manusia
Manusia diciptakan oleh Allah SWT agar mereka mau mengabdikan diri,
taat, tunduk, serta menyembah hanya kepada Allah SWT. Jadi selain fungsi
manusia sebagai khalifah di muka bumi (fungsi horizontal), manusia juga
mempunya fungsi sebagai hamba yaitu menyembah penciptanya (fungsi
vertikal), dalam hal ini adalah menyembah Allah karena sesungguhnya
Allah-lah yang menciptakan semua alam semesta ini. Hal ini tercantum
pada firman Allah QS. Adz Dzariyat ayat 56 yang berbunyi :
لِيَعْبُدُونِ إِلَّا وَالْإِنْسَ الْجِنَّ خَلَقْتُ وَمَا
“Dan tidaklah Aku ciptakan seluruh jin dan seluruh manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu “.
Manusia diciptakan oleh Allah SWT agar menyembah kepadanya. Kata
menyembah sebagai terjemahan dari lafal ‘abida-ya’budu-‘ibadatun (taat,
tunduk, patuh). Beribadah berarti menyadari dan mengaku bahwa manusia
merupakan hamba Allah yang harus tunduk mengikuti kehendaknya, baik
secara sukarela maupun terpaksa.
• Ibadah muhdah (murni), yaitu ibadah yang telah ditentukan waktunya,
tata caranya, dan syarat-syarat pelaksanaannya oleh nas, baik Al Qur’an
maupun hadits yang tidak boleh diubah, ditambah atau dikurangi. Misalnya
shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya.
• Ibadah ‘ammah (umum), yaitu pengabdian yang dilakukan oleh manusia
yang diwujudkan dalam bentuk aktivitas dan kegiatan hidup yang
dilaksanakan dalam konteks mencari keridhaan Allah SWT
Jadi, setiap insan tujuan hidupnya adalah untuk mencari keridhaan Allah
SWT, karena jiwa yang memperoleh keridhaan Allah adalah jiwa yang
berbahagia, mendapat ketenangan, terjauhkan dari kegelisahan dan
kesengsaraan bathin. Sedangkan diakhirat kelak, kita akan memperoleh
imbalan surga dan dimasukkan dalam kelompok hamba-hamba Allah SWT yang
istimewa.
Selama hidup di dunia manusia wajib beribadah, menghambakan diri kepada
Allah. Seluruh aktivitas hidupnya harus diarahkan untuk beribadah
kepadanya. Islam telah memberi petunjuk kepada manusia tentang tata cara
beribadah kepada Allah. Apa-apa yang dilakukan manusia sejak bangun
tidur samapai akan tidur harus disesuaikan dengan ajaran Islam.
Jin dan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT mempunyai tugas pokok
di muka bumi, yaitu untuk mengabdi kepada Allah SWT. Pengabdian yang
dikehendaki oleh Allah SWT adalah bertauhid kepadanya, yakni bersaksi
bahwa tiada tuhan selain Allah. Jin dan manusia wajib mengesakan Allah
dalam segala situasi dan kondisi, baik dalam keadaan suka maupun duka.
Petunjuk Allah hanya akan diberikan kepada manusia yang taat dan patuh
kepada Allah dan rasulnya, serta berjihad dijalannya. Taat kepada Allah
dibuktikan dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi segala
larangannya. Taat kepada rasul berarti bersedia menjalankan
sunah-sunahnya. Kesiapan itu lalu ditambah dengan keseriusan berjihad,
berjuang di jalan Allah dengan mengorbankan harta, tenaga, waktu, bahkan
jiwa.
Setelah manusia diciptakan di dunia manusia bertugas menjalankan
perjanjian yang telah terjadi sebelum manusia diciptakan. Di antara
orang-orang yang beriman itu ada beberapa laki-laki, dipenuhinya
janjinya yang telah diikatnya dengan Allah menghadapi suatu amal
perbuatan. Karena mu'min itu selalu ingat akan Allah, tidak pernah
melupakan Allah, maka tidak pulalah dia lupa akan janjinya. Selesai
tugasnya, atau sampai cita-citanya, terkabul apa yang diingininya, yaitu
hutang kepada Allah terbayar dan janji terpenuhi, dan dia pun mati.
Hatinya senang menempuh kematian itu. Dia merasa beban yang berat telah
diletakkan. Atau pendakian yang amat tinggi dan curam telah selesai
terlampaui. Setelah itu masuklah pada masa penantian atau menunggu.
Artinya menunggu di sini ialah bersedia pula menghadapi maut, menunggu
ajal. Rela menantikan panggilan itu, karena merasa diri belum pernah
mungkir akan janji dengan Tuhan, walau nyawa akan melayang dari badan.
Dan dalam masa penantian tersebut mereka tidak akan beranjak dari
pendirian, tidak dapat dibujuk dengan berbagai macam bujukan atau dirayu
dengan rayuan apa pun; "Selangkah tidak surut, setapak tidak kembali.
Esa hilang dua terbilang!". Hal ini tercantum pada firman Allah dalam QS
Al Ahzab ayat 23 yang berbunyi :
“Setengah dari orang-orang yang beriman itu adalah beberapa laki-laki
yang dengan jujur memenuhi apa yang telah mereka janji¬kan kepada Allah
atasnya; Maka setengah dari mereka selesai tugasnya dan setengah dari
mereka menunggu; dan tidaklah mereka mengubah-ubah, perubahan apa pun.” (
QS. Al- Ahzab : 23 )
Hadist Abu Hurairah diriwayatkan oleh Muslim dan an-Nasai, ia berkata, aku mendengar Rasulullah SAW. Bersabda :
“Yang pertama kali akan diadili di hari kiamat adalah orang yang mati
syahid. Kemudian ia dibawa kehadapan Allah, dan Allah memberitahukan
kenikmatan kepadanya, maka ia pun mengetahuinya. Allah berfirman, “ Apa
yang engkau lakukan di dunia?” Orang itu berkata, “ Aku telah berperang
karena-Mu hingga aku syahid.” Allah berfirman, “ Engkau berdusta.
Sebenarnya engkau berperang karena ingin dikatakan sebagai pemberani dan
hal itu telah dikatakannya.” Kemudian Allah SWT memerintahkan untuk
membawanya, maka orang itu diseret diatas wajahnya hingga dilemparkan ke
neraka. Kemudian orang yang mempelajari dan mengajarkan ilmu serta
membaca al-Quran. Lalu ia dibawa ke hadapan Allah, dan Allah
memberitahukan kenikmatan kepadanya, maka ia pun mengetahuinya, Allah
berfirman, “Apa yang engkau lakukan di dunia?” Orang itu berkata, “Aku
telah mempelajari ilmu dan mengajarkannya, aku pun membaca al-Quran
karena-Mu.” Kamu berdusta. Kamu mempelajari ilmu karena ingin dikatakan
sebagai orang alim. Kamu membaca al-Quran karena ingin dikatakan sebagai
Qari, dan semua itu telah dikatakannya.” Kemudian Allah SWT
memerintahkan untuk membawanya. Maka orang itu diseret di atas wajahnya
hingga dilemparkan ke neraka. Kemudian orang yang diberikan keluasan
oleh Allah dan diberi karunia bermacam-macam harta. Kemudian ia dibawa
kehadapan Allah, dan Allah memberitahukan kenikmatan kepadanya, maka ia
pun mengetahuinya. Allah berfirman, “ Apa yang engkau lakukan di dunia?”
Orang itu berkata, “Tidak ada satu jalan pun yang Engkau sukai untuk
berinfak di jalan itu kecuali aku menginfakkan hartaku karena-Mu.” Allah
berfirman, “ Kamu berdusta. Sebenarnya kamu melakukan itu semua karena
ingin dikatakan sebagai dermawan, dan semua itu telah dikatakan.”
Kemudian Allah SWT memerintahkan untuk membawanya. Maka orang itu
diseret di atas wajahnya hingga dilemparkan ke neraka.”
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat balasannya.”
“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.”
KEAJAIBAN OTAK MANUSIA
Kemampuan Otak Manusia
Manusia adalah makhluk berfikir yang tidak pernah berhenti memikirkan
sesuatu, sayangnya kemampuan berfikir kita tidak terlatih dan tidak
maksimal dalam penggunaannya padahal otak memiliki kemampuan yang sangat
luar biasa. Otak terdiri dari 11 sampai 15 billion sel neuron, setiap
selnya berhubungan dengan 25.000 sel neuron lainnya. Dan 25.000 sel
neuron itu hanya sebesar ujung sebatang jarum. Memang jumlah neuron
tidak melambngkan kepandaian sesorang, tetapi rangkaian yang berhubungan
antara neuron satu dengan neuron lainya yang di sebut synapses inilah
yang menentukan tahap kecerdasan sesorang.
Otak setiap harinya membutuhkan 25% kalori, Berat otak manusia 6 ons
sampai 1,5kg yaitu 1/40 dai berat badan manusia, otak terbagi kedalam
tiga bagian yaitu otak neocortex, otak mammalian dan otak reptilian.
Saraf bergerak dengan kelajuan 0,5m sesaat ke 100m sesaat (Heimler &
Lockard). Ia juga bersambungan dengan cabang saraf yang disebut axon
dan dendrite.
Otak neocortex terbagi menjadi dua cerebrum yaitu otak kiri dan otak
kanan. Kemampuan otak kita sama canggihnya dengan komputer sebesar bola
dunia. Karena tidak terlatih maka kita hanya menggunakan 5 - 10% dari
kemampuan mengingat. Otak dapat dilatih dan di tingkatkan menjadi
sekitar 300% - 400%. Otak neocortex mempunyai fungsi dan kemampuan
masing-masing otak kiri dikenal dengan otak logic dan otak kanan otak
artistic.
Fungsi-fungsi otak :
1. Fungsi Otak Kanan-Kreatif (Creative)
Sintesis, analogi (membentuk pengertian tentang suatu konsep dengan
mengaitkan ciri yang serupa, ruang, intuitif (mengetahui sesuatu dengan
tidak melalui proses berfikir yang biasa/mengikut gerak hati),
holistik(kebolehan memahami ide secara keseluruhan),
bentuk/corak/pola/lukisan/musik/image/visual/gambar, imaginasi,
kreativitas (menyusun ide-ide dengan cara baru dan imaginasi), global,
interaktif, gerakan/tarian, melihat hubungan secara keseluruhan.
2. Fungsi Otak Kiri-Logik(Logika/Numerical)
Bahasa/lisan, terancang dan berstruktur, bukan gerakan, perkiraan,
penulisan, teori, melengkapi perasaan, analisis, simbolik, abstrak,
sekuens, rasional, digital, logika fakta, perinician, perancangan,
prosedur, ulangan, pengelolaan.
60% dari otak kita terdiri dari sistem visual, salah satu cara untuk
melatih dan membuktikan kemampuan daya ingat adalah melatih dengan
mengingat visual/gambar dalam setengah detik dan tulislah benda yang
dilihat. Imajinasi adalah salah satu kunci untuk belajar dan mengingat
daripada peranan otak dalam aktiviti berfikir. Imaginasi yang telah
wujud akan melalui beberapa lagi proses internal yang akan menggerakkan
anggota-anggota manusia yang lain untuk merealitikan impian-impian yang
telah digambarkan itu. Mengingat adalah proses menghidupkan kembali
pengalaman.
Berikut adalah 10 fakta menarik tentang otak manusia :
1. Otak manusia terdiri dari 30 milliar neuron atau saraf otak yang
bekerja dengan dahsyat melebihi kemampuan super computer apapun di dunia
ini. Neuron inilah yang bekerja dengan dahsyat menciptakan keajaiban
dalam hidup anda.
2. Memory otak manusia memilki kapasitas 30-70 triliun giga melebihi memory super komputer apapun di dunia.
3. Sebagaimana computer dapat terhubung dengan computer lain melalui
jaringan, demikian juga pikiran manusia dapat terhubung dengan pikiran
orang lain di mana saja mereka berada jika keterhubungan tersebut
diciptakan.
4. Pikiran manusia terhubung dengan alam semesta yang dalam bahasa
psikologi disebut UNIVERSAL CONCIOUSNESS (pikiran alam semesta) atau
dalam bahasa biologi disebut MORPHOGENETIC FIELD (medan morfogenetika).
5. Pikiran manusia saling berinteraksi setiap saat tanpa disadari,
tetapi sayang dengan cara yang tidak terkendali dan berakibat negatif.
Anda dapat mengendalikannya untuk tujuan yang positif untuk keuntungan
anda.
6. Pikiran manusia menjelajah dan dapat mengadakan kontak dengan pikiran siapa saja dengan teknik subjective communication.
7. Pikiran manusia dapat diprogram untuk melakukan apa saja yang kita inginkan.
8. Pikiran bawah sadar manusia dapat mewujudkan keajaiban jika anda tahu bagaimana memanage-nya.
9. Pikiran bawah sadar bekerja seperti komputer. Pikiran bawah sadar
memberi inspirasi, membimbing dan merupakan gudang memori. Pikiran bawah
kita mengingat segala sesuatu yang kita lihat, rasakan dan alami. Hanya
saja untuk memunculkannya itu yang sulit. Menurut penelitian pikiran
bawah sadar kita memiliki kapasitas memory sekitar 70-100 triliun
gambar. Karena semua perasaan kita, emosi dan pengalaman disimpan dalam
memori dalam bentuk gambar atau bunyi. Sama seperti komputer
mendigitalkan semuanya, otak kita pun demikian.
10. Pikiran bawah sadar memiliki kepandaian tak terbatas. Ia memampukan
manusia memperoleh pikiran, gagasan, rencana, dan konsep baru. Pikiran
bawah sadar memberikan kemampuan inovatif kepada manusia sehingga dapat
mengembangkan temuan-temuan baru.
Fungsi Akal Yang Menjadikan Derajat Manusia Seperti Malaikat, Seperti Iblis Ataukah Seperti Binatang.
Jika berbicara masalah akal sangatlah menarik, karena dengan akal
manusia bisa menjadi baik, benar dan cerdas bila potensi akal
disandarkan atau ditundukkan kepada hukum Allah dan sunnah Rasul.
Tetapi,dengan akal manusiapun bisa menjadi, jahat, salah, sombong, bodoh
dan dungu, bila akal dijadikan sandaran penuh akan semua masalah dalam
hidupnya.
"Telah kami tunjukkan kepadanya dua jalan hidup (baik dan buruk)" (QS. Al-Balad [90]:10)
Fungsi akal hanya digunakan untuk menimbang perbuatan baik dan buruk
menurut ukuran akal yang menggunakannya, jika perbuatan baik dan buruk
disandarkan menurut ukuran akalnya, jelas semua bersifat relatif dan
tidak mutlak. maka disinilah terjadi pertentangan antara akal manusia
yang satu dengan manusia yang lain. Seharusnya akal digunakan untuk
mencari kebenaran yang sudah diberitakan dalam Firman Allah dan RasulNya
dan bukan mencari pertentangan atas semua berita yang sudah di
firmankanNya. Seandainya seseorang belum menemukan makna berita yang
dituliskan dalam Al-qur'an, layaknya seorang hamba yang belum menemukan,
seharusnya diam yaitu kami dengar dan kami taat.
Sebagai analogi ketika seorang "cendikiawan muslim" mengatakan : "Iblis
kelak akan masuk surga, bahkan di tempat yang tertinggi karena dia tidak
mau sujud kecuali kepada Allah saja, dan inilah tauhid yang murni." Dia
mengklaim iblis akan masuk surga berdasarkan akalnya, padahal dalam
firman Allah, "Kami berfirman kepada para malaikat, sujudlah kamu kepada
adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis, ia enggan dan takabur dan
adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir" (Al-Baqarah : 34)
Allah telah mengklaim iblis termasuk orang-orang yang kafir.dan orang
kafir tempatnya adalah neraka yang menyala-nyala. Akal cendekiawan yang
mengatakan iblis menempati syurga tertinggi karena ketauhidan murninya
sungguh bertentangan dengan firman Allah. Karena Tauhid bukan sekedar
bentuk penyembahan, tapi dibarengi dengan bentuk ketaatan, sedangkan
iblis tidak taat pada Allah. Iblis hanya mau menyembah kepada Allah,
tapi Iblis tidak taat kepada Allah (karena menolak perintah Allah untuk
menyembah adam) sedangkan Malaikat hanya mau menyembah kepada Allah dan
Malaikatpun hanya taat kepada Allah. Jadi yang murni bentuk
ketauhidannya adalah Malaikat dan bukan Iblis. Malaikat bisa memurnikan
ketauhidannya, karena Malaikat tidak dilengkapi hawa nafsu oleh Allah
tetapi manusia dilengkapi oleh hawa nafsu dan akal yang tidak dimiliki
oleh Malaikat.
Disinilah perbedaan itu. karena hawa nafsu sifatnya selalu mengajak
kepada keinginan diri untuk memenuhi kebutuhannya, sedangkan akal
diberikan Allah adalah sebagai pelengkap untuk menimbang-nimbang apakah
keinginannya itu perlu dituruti atau tidak dituruti (menimbang baik dan
buruk yang bersifat relatif ).
Dan apabila manusia mempunyai kekuatan akal tanpa dilandasi dengan
keimanan, disinilah sifat manusia yang seperti iblis (sombong). Tetapi
bila manusia menahan hawa nafsunya dan menundukkan akalnya pada semua
firman Allah dan RasulNya, maka disinilah ketinggian derajat manusia
melebihi malaikat karena mampu menahan hawa nafsu (yang tidak dimiliki
oleh malaikat) dan menundukkan akalnya akan semua firman Allah dan
RasulNya. Dan kuncinya adalah ilmu yang benar dan didasari oleh
kejujuran, keikhlasan dan kepasrahan dengan penuh ketundukkan kepada
Allah SWT.
FUNGSI AKAL BAGI UMAT ISLAM
Allah telah memuliakan anak adam dengan akal dan menjadikan akal sebagai
syarat utama pembebanan syariat kepada manusia. Dalam ilmu mantiq dapat
juga dikatakan manusia adalah hewan yang berakal (al insanu hayawanun
natiq).
Banyak sebagian ulama mengatakan bahwa ilmu mantiq itu haram, mungkin
karena sebagian umat menjalankan syariat islam hanya berdasarkan akal
pikiran saja, padahal Allah memberikan akal kepada manusia untuk
mengetahui mana sisi buruk dan mana sisi baik, dimana setiap tindakan
yang dilakukan oleh manusia tidak terlepas dari kendali dan kontrol dari
akal yang sehat.
Manusia sebagai “insan kamil” (manusia sempurna ), dalam arti berbeda
dengan makhluk Allah lain yang tidak mempunyai akal, diperintahkan Allah
untuk bertaffakur dan menghayati Firman-Nya, dan Allah memerintahkan
umatnya untuk menggunakan akal mereka dengan berpikir bagaimana upaya
membangun bumi dan memperbaikinya demi tercapainya tujuan manusia
sebagai khalifah di muka bumi ini.
Dalam al quran surat Ali Imran ayat 190 yang artinya :
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan selisih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”.
Dan dalam ayat lain dikatakan: "Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran” (Ar-Ra’d:19).
Jelas sudah Allah menciptakan akal pada manusia untuk berpikir, dan ini
tidak bisa disangkal, karena bagaimana umat mau belajar dan berpikir
dalam melakukan tindakkan kalau tidak punya akal sehat. Dan seandainya
ada sebagian yang mengatakan mendahulukan akal dalam menghayati dan
mempelajari syariat Islam termasuk orang yang kufur, dapat dikatakan ini
salah persepsi saja, mungkin yang dimaksud itu adalah bahwa kalau
segala sesuatu yang ada hubungannya dengan nash syr’i lebih mendahulukan
aqli (logika) dari pada naqli (Quran dan Hadis).
Karena pada dasarnya Allah menciptakan akal pada manusia berbatas sesuai
dengan kemampuan yang ada dalam akal itu sendiri dimana akal itu
difungsikan. Karena apabila fungsi akal sudah melampaui bidang-bidang
yang di batasi-Nya, maka dengan demikian orang yang memiliki akal itu
sudah melakukan kezaliman, sebab dengan melakukan itu akan menghasilkan
kesesatan dan kebingungan, dan ini mungkin yang menjadi alasan bagi
sebagian ulama mengatakan bahwa ilmu mantiq atau dikenal dengan istilah
ilmu logika itu haram dan akhirnya membuat manusia jatuh kepada
kekafiran, ini benar sekali.
Karena bagaimana manusia dapat menjalankan ibadah dengan sempurna kalau
apa yang dipikir oleh akal sehatnya sudah melampaui apa yang
diperintahkan dan dilarang oleh Sang Khaliq, dan melampaui batas akal
itu sendiri. Dimana terkadang seorang manusia yang super pintar berusaha
menggali ilmu Al-Quran di luar kemampuan akalnya dan berusaha mencari
tahu zat Allah sesungguhnya dan ini adalah mustahil, karena zat Allah
merupakan suatu yang mustahil untuk dipelajari dan dipikirkan oleh akal
sehat seorang manusia yang menjadi ciptaan-Nya.
Terkadang disinilah terjadi kesalahpahaman itu, hingga manusia lupa akan
keberadaan dirinya dan kemampuan akalnya karena bagaimanapun Allah Maha
dari segala yang Maha.
Karena sebagai umat banyak yang telah menjauhkan dirinya dari
perintah-perintah Allah dan bangga dengan apa yang telah dihasilkan oleh
akal pikiran mereka, hingga terkadang mereka juga bingung dengan apa
yang mereka peroleh dengan cara memikirkan yang di luar batas pemikiran
akal sehat mereka.
Maka dari itu hasil nyata yang dihasilkan setiap orang yang mendahulukan
akalnya atau akal orang lain daripada syariat Allah adalah kebingungan
dan kesesatan, yang pasti fungsi akal bukan untuk mengkaji ataupun
berpikir kepada apa yang ada di luar batas kemampuan dari akal tersebut,
tapi Allah menciptakan akal pada manusia juga untuk membedakan bahwa
manusia begitu tinggi derajatnya dari makhluk Allah yang lain, dan akal
itu berfungsi untuk berpikir bahwa alam ini ada karena adanya yang
menciptakan yaitu Allah Swt, dan fungsi akal itu juga manusia berpikir
dan bersyukur atas apa yang ada dan menjadi rahmat bagi manusia itu
sendiri.
Berfikir tentang Akal, Manusia dan Alam Semesta
Urgensi Definisi Akal, Proses Berfikir dan Metode Berfikir
Manusia adalah makhluk yang paling utama, sampai-sampai dikatakan bahwa
ungkapan ini benar bahwasanya manusia lebih utama dari malaikat.
Keutaman manusia ini tiada lain terletak pada akalnya. Akal inilah yang
telah mengangkat kedudukan manusia dan sekaligus menjadikanya makhluk
yang paling utama. Oleh karena itu sudah seharusnya kita memiliki
pengetahuan tentang akal (‘aql), proses berfikir (tafkir), dan sekaligus
metode berfikir (thariqah at-tafkir). Ini karena, proses berfikirlah
akal manusia yang memiliki nilai dan sekaligus menghasilkan berbagai
buah (produk akal) yang masak, yang mampu membuat kehidupan dan manusia
menjadi baik. Bahkan mampu menciptakan kebaikan bagi seluruh alam
semesta beserta segala sesuatu yang ada didalamnya, termasuk benda benda
mati, tumbuhan, dan hewan.
Umat manusia (waktu yang sangat panjang) ternyata lebih menaruh
perhatian pada buah akal dan buah proses berfikir dari pada memberikan
perhatian kepada fakta mengenai akal dan fakta mengenai tentang proses
berfikir itu sendiri. Memang benar pernah ada orang orang yang memahami
fakta akal, baik intelektual kaum muslim maupun nonmuslim pada masa lalu
ataupun masa sekarang akan tetapi semuanya gagal dalam memahami fakta
mengenai akal tersebut. Ada juga orang yang berusaha menyusun metode
berfikir dan memang berhasil dalam beberapa aspek dari buah metode
berfikir tersebut dengan adanya sejumlah prestasi ilmiah. Akan tetapi
mereka tersesat dalam memahami fakta tentang proses berfikirnya. Mereka
juga telah menyesatkan para pengikutnya yang merasa kagum terhadap
keberhasilan ilmih tersebut. Sebelumnya, sejak masa yunani dan
setelahnya umat manusia telah terdorong untuk mengetahui fakta mengenai
proses berfikir. Hasilnya, mereka pada apa yang disebut dengan logika
(ilmu mantiq) dan berhasil meraih sebagian pemikiran. Akan tetapi mereka
merusak hakikat pengetahuan (ma’rifah) itu sendiri. Jadi, ilmu logika
malah menjadi sesuatu yang destruktif bagi pengetahuan bukan menjadi
alat untuk menjadi ilmu pengetahuan atau menjadi standar kebenaranya.
Penyebab kegagalan yang ada hingga saat ini dalam memahami fakta
mengenai proses berfikir dan juga fakta metode berfikir dikarnakan para
pengkaji telah lebih dulu mengkaji proses berfikir sebelum mengkaji akal
itu sendiri. Padahal fakta tentang proses berfikir itu tidak akan dapat
dipahami kecuali setelah diketahui terlebih dahulu fakta mengenai akal
secara menyakinkan dan pasti (zajim). Ini karena prose berfikir (tafqir)
adalah buah dari akal sementara berbagai ilmu pengetahuan, seni dan
seluruh aspek ilmu budaya merupakan buah dari proses berfikir. Wajar
saja jika pertama kali yang harus diketahui adalah fakta tentang akal
secara meyakinkan dan pasti setelah itu, bisa diketahui fakta mengenai
proses berfikir dan selanjutnya metode berfikir yang lurus. Setelah itu
dan atas dasar petunjuknya suatu pengetahuan (ma’rifah) akan dapat
dinilai apakah termasuk sains ilmu atau bukan. Dengan kata lain, akan
dapat ditentukan bahwa kimia adalah sains sementara psikologi dan
sosiologi bukan lah sains. Akan dapat ditentukan pula suatu pengetahuan
termasuk kebudayaan atau bukan. Walhasil pokok permasalahanya bermuara
pada pengetahuan tentang fakta akal itu sendiri secara meyakinkan dan
pasti.
Itulah yang menjadi pokok permasalahanya pengetahuan tentang sains dan
kebudayaan haruslah merupakan buah dari pengetahuan tentang fakta proses
berfikir, metode berfikir, beserta berbagai teknik berfikirnya. Para
pemikir komunis berhasil menyimpulkan bahwa keberadaan akal meski
bergantung pada adanya fakta dan otak. Keberadaan keduanya secara
bersamaan merupakan syarat utama dan mendasar bagi eksistensi akal.
Usaha mereka bisa dipandang sebagi usaha yang serius dan benar, sampai
disini sebenarnya mereka telah berjalan diatas jalan yang lurus, yang
bisa menghantarkan meraka pada pengetahuan yang yakin dan pasti tentang
fakta akal. Sayangnya ketika mereka berusaha mengaitkan fakta dengan
otak muntuk menghasilkan pemikiran atau untuk mewujudkan proses
berfikir, mereka tergelincir dalam kekeliruan. Mereka menyimpulkan bahwa
keterkaitan keduanya adalah proses refleksi fakta tersebut terhadap
otak. Sehingga mereka keliru didalam memahami fakta akal yang kemudian
mereka juga keliru dalam mendefinisikan akal.
Penyebab kekeliruan mereka adalah karena terus mengingkari eksistensi
pencipta yang telah menciptakan alam semesta ini dari ketiadaan. Jika
saja mereka menyatakan bahwa pengetahuan mendahului pemikiran, mereka
pasti akan mendapatkan kebenaran yang nyata. Dalam hal ini, pertanyaanya
adalah, darimana datangnya pemikiran (ma’rifah) yang muncul sebelum
adanya fakta? Jawabanya, pasti datang dari selain fakta. Pertanyaan
selanjutnya, dari mana asalnya pemikiran pada manusia pertama?
Jawabanya, pemikiran itu mesti datang dari selain manusia pertama dan
dari selain fakta. Artinya , manusia pertama dari seluruh fakta yang ada
telah diwujudkan oleh Yang telah memberikan pengetahuan kepada manusia
pertama itu, ini berbeda dengan pengetahuan kaum komunis yang merka
anggap pasti bahwa alam dan fakta itu azali (eternal). Oleh karena itu
mereka mengatakan behwa refleksi fakta terhadap otak adalah akal dan
bahwaproses refleksilah yang membentuk pemikiran dan sekaligus proses
berfikir.
Untuk menghindari keharusan adanya pengetahuan, kalangan komunis
berusaha membuat bermacam macam fantasi dan asumsi. Mereka menyatakan
bahwa manusia pertama telah melakukan percobaan (eksperimen) atas
berbagai fakta hingga menghasilkan pengetahuan. Percobaan percobaan ini
menjadi sejumlah pengetahuan yang akan membantu dirinya untuk mengadakan
percobaan lain atas sejumlah fakta yang lain. Demikian seterusnya.
Mereka tetap berpendapat bahwa fakta, adalah akal atau pemikiran, yang
akan mewujudkan adanya proses berfikir. Mereka tidak bisa melihat
perbedaan antara penginderaan (ihsas, sensation) dan refleksi (in`ikas,
reflection). Mereka juga tidak bisa melihat bahwa aktivitas berfikir
(a`maliyah attafkir) tidak dihasilkan melalui proses refleksi fakta atas
otak dan tidak juga dari terbentuknya kesan fakta pada otak, melainkan
dihasilkan melalui proses penginderaan atau pencerapan. Pusat
pengideraan tersebut adalah otak. Andaikata tidak ada penginderaan
fakta, tidak akan ada proses berfikir apapun. Dengan demikian kegagalan
mereka membedakan penginderaan dan refleksi telah semakin menambah
kesalahan mereka dan memalingkan proses berfikir dari jlan yang telah
mereka tempuh sebelumnya. Akhirlah terbentuklah definisi mereka tentang
fakta akal dan jatuhlah mereka dalam kekeliruaan pendefisiannya.
Definisi akal yang benar disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 31-33
“ Allah telah mengajarkan (memberi informasi) kepada adam nama- nama
(benda-benda) seluruhnya kemudian Allah mengemukakannya kepada para
malaikat lalu berfirman, “ sebutkanlah kepadaku nama- nama benda- benda
itu jika kamu memang orang-orang yang benar! “ Mereka menjawab “Maha
Suci Engkau tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah kami
ajarkan pada kami. Sesungguhnya Engkau Maha Tahu dan Maha Bijaksana.”
Hai Adam beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda- benda itu !” Maka
setelah adam memberitahukan kepada mereka nama-nama benda itu , Allah
berfirman “ Bukankah sudah Aku katakana kepadamu bahwa seseungguhnya Aku
mengetahui rahasia langit dan bumi serta mengetahui apa saja yang kamu
tampakkan dan apa yang kamu sembunyikan.”
Ayat ini menunjukkan bahwa informasi terdahulu pasti ada untuk sampai
pada pengetahuan apapun. Nabi Adam ‘alaihi salam sudah diberi informasi
oleh Allah SWT tentang nama benda-benda atau apa yang ditunjukkan oleh
nama-nama tersebut. Oleh karena itu, ketika benda-benda itu disodorkan
ke hadapan nabi Adam dia langsung mengetahuinya. Manusia pertama, yaitu
Adam telah diberi sejumlah informasi oleh Allah hingga ia bisa
mengetahui nama- nama benda-benda seandainya. Seandainya informasi
tersebut tidak ada, Adam tentu tidak akan mengetahuinya.
Oleh karena itu, jalan lurus yang bisa menyampaikan pada pengetahuan
tentang makna akal secara meyakinkan dan pasti, adalah harus terwujudnya
empat komponen akal agar aktivitas akal (a`maliyah akliyah), atau akal
(`aql) dan pemikiran (fikr), dapat terwujud. Harus ada fakta, otak
manusia yang normal, panca indra, dan informasi terdahulu. Empat
komponen akal ini, secara keseluruhan, haruslah dipastikan keberadaanya
dan dipastikan kebersamannya dengan begitu akan terwujud aktivitas akal.
Berdasarkan penjelasan diatas maka definisi akal (`aql), pemikiran
(fikr), atau kesadaran (idrak) adalah pemindahan penginderaan terhadap
fakta melalui panca indra kedalam otak yang disertai adanya
informasi-informasi terdahulu yang akan digunakan untuk menafsirkan
fakta tersebut.
Berdasarkan asas pemikiran diatas, sebagai contohnya adalah seorang anak
4 tahun, yang sebelumnya tidak pernah diberi informasi tentang singa
(melihat ataupun mendengar). Dia juga tidak pernah melihat atau
mendengar anjing dan gajah. Jika menyodorkan ketiga mahluk tersebut
atau gambarnya , lalu memintanya mengenali masing – masing benda
tersebut atau mngenali namanya maka dia tidak akan mengetahui apapun.
Maka disitulah pentingnya informasi terdahulu dalammelakukan pemikiran
dari fakta yang ada.
Keajaiban Ilmiah Al-Qur’an Yang Tertuang Dalam Kelautan
Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman:
Dan Dialah yang mempertemukan dua laut; yang ini tawar lagi segar, dan
yang ini asin lagi pahit. Dan Dia menjadikan di antara keduanya ada
batas dan penghalang yang tidak terlampaui. (QS Al-Furqon: 53)
“Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan
yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan
gunung-gunung untuknya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut?
Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya)
kebanyakan dari mereka tidak mengetahui." (an-Naml: 61)
Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu,
antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing. Maka
ni’mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. Dari keduanya keluar
mutiara dan marjan. (QS. Ar-Rahman: 19-22)
Ilmu pengetahuan modern menyatakan bahwa ada pertemuan air laut dari
dua lokasi yang berbeda, yang satu dari laut lain sedangkan satunya lagi
dari laut yang lain lagi. Kedua air laut tersebut bertemu di suatu
tempat. Seandainya masing-masing dari dua air laut tersebut memiliki
salinitas (kadar garam) yang berbeda atau temperatur yang berbeda,
apakah keduanya akan bercampur ketika bertemu di satu tempat sehingga
keadaan awal dari masing-masing (salinitas maupun temperature) berubah
menjadi satu keadaan salinitas dan temperature yang baru?
Al-Quran menjawab dengan pasti, bahwa salinitas maupun suhu awal dari
masing-masing air laut tersebut tetap dipertahankan dan tidak saling
mempengaruhi, walaupun kedua air laut tersebut bertemu di satu tempat,
dengan kata lain tidak terjadi percampuran! Bagaimana ilmu pengetahuan
& tehnologi menanggapi penegasan Al Quran tersebut? Mendukungkah
(membenarkan) atau menyalahkan? Ternyata bukti ilmiah (empiric)
membuktikan fakta tentang adanya kebenaran yang ditegaskan oleh Al
Gambar : Pertemuan dua laut
Penelitian modern di masa sekarang menemukan adanya gejala yaitu bahwa
ada batas di antara dua air laut yang bertemu di satu tempat, sehingga
masing-masing air laut tersebut tetap memiliki (mempertahankan)
temperature, salinitas (kadar garam) maupun densitas (kekentalan) yang
berbeda. Dengan makna yang setara yaitu keadaan air laut yang satu
dengan lainnya tidak saling mempengaruhi, walaupun keduanya bertemu di
satu tempat, karena adanya batas di antara pertemuan dari dua air laut
tersebut.
Penegasan Al Quran dan pembuktian ilmiah ini dapat ditemukan yaitu pada
peristiwa air laut dari Mediterranean yang masuk ke wilayah perairan
laut Atlantik sampai ke kedalaman sekitar 1000 meter dari permukaan
laut. Ternyata derajat kehangatan (suhu) sekitar 11,5 maupun kadar garam
sekitar di atas 36,5% dari air laut Mediterranean yang telah berada di
kedalaman air laut Atlantik, tetap tidak terpengaruh oleh suhu maupun
salinitas (kadar garam) dari air laut Atlantik yang mengelilinginya.
Dimana air laut Atlantik di kedalaman sekitar 1000 meter yang
mengelilingi air laut (yang tadinya berasal dari) Mediterranean juga
memiliki suhu dan salinitas (kadar garam)-nya sendiri yang berbeda,
yaitu bersuhu sekitar 10,0 dan dengan salinitas sebesar di bawah 36,0%,
berbeda dengan air laut Mediterranean yang dikelilinginya. Padahal kedua
air laut tersebut (air laut Mediterranean dan air laut Atlantik)
bertemu di satu tempat di kedalaman sektiar 1000 meter, tetapi keadaan
masing-masing kedua air laut tersebut tidak saling mempengaruhi. Ini
terjadi karena ada batas yang memisahkan di antara pertemuan dua air
laut tersebut.
Adapun contoh lainnya di daerah Cenote Angelita, Mexico. Disana ada
sebuah gua. Jika menyelam sampai kedalaman 30 meter, akan ditemukan air
segar (tawar), namun jika menyelam sampai kedalaman lebih dari 60 meter,
airnya menjadi air asin, lalu dapat dilihat sebuah “sungai” di
dasarnya, lengkap dengan pohon dan daun-daunan.
أَوْ كَظُلُمَاتٍ فِي بَحْرٍ لُجِّيٍّ يَغْشَاهُ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ
مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ سَحَابٌ ۚ ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَا
أَخْرَجَ يَدَهُ لَمْ يَكَدْ يَرَاهَا ۗ وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ اللَّهُ لَهُ
نُورًا فَمَا لَهُ مِنْ نُورٍ
Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh
ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap
gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya,
tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi
cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.
(Al Qur'an, An-Nuur, 24:40)
Ayat ini menyebutkan kegelapan yang dapat ditemukan di laut dalam, di
mana jika seseorang menjulurkan tangan ia tak akan bisa melihatnya.
Kegelapan di dalam lautan dan samudera ditemukan sekitar kedalaman 200
meter ke bawah. Pada kedalaman ini, hampir-hampir tidak ada cahaya lagi
(lihat gambar). Di bawah kedalaman 1000 meter, tidak ada cahaya sama
sekali.
Manusia tidak berkemampuan menyelam lebih dari kedalaman 40 meter tanpa
bantuan kapal selam atau peralatan khusus. Manusia tak akan bertahan
tanpa perlengkapan di bagian gelap dari lautan, semisal pada kedalaman
200 meter.
Gelapnya kedalaman laut ini hanya diketahui oleh para ilmuwan di masa
sekarang melalui berbagai peralatan khusus dan kapal atau peralatan
selam yang memungkinkan mereka menyelam ke kedalaman lautan.
Tanpa peralatan khusus, tidak mungkin manusia di jaman Nabi Muhammad
mengetahui bagaimana bentuk kegelapan di dalam lautan. Ini membuktikan
bahwa Al Qur'an diturunkan oleh Allah Yang Maha Mengetahui.
Kita juga melihat dalam penggalan kalimat dari ayat di atas yang
berbunyi: "...yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di
atasnya (lagi) awan;" bahwa air di laut yang dalam diliputi oleh ombak
dan di atas ombak ini ada ombak lain. Sangat jelas bagi kita bahwa
lapisan ombak yang ke dua ini adalah ombak di permukaan laut yang biasa
kita lihat, karena ayat tersebut menyebutkan adanya awan di atasnya.
Tetapi bagaimana dengan ombak yang disebutkan pertama? Adakah ombak lain
di bawah permukaan laut?
Para ilmuwan telah menemukan pada masa sekarang adanya ombak dalam
(internal waves) yang "terjadi pada batas pertemuan dua lapisan air yang
memiliki perbedaan kepekatan." (lihat gambar).
Ombak dalam terjadi pada permukaan lapisan air di kedalaman lautan
karena ia memiliki kepekatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan air
di atasnya. Ombak dalam berperilaku mirip ombak permukaan. Ia juga bisa
pecah seperti ombak di permukaan laut. Namun ombak dalam tidak bisa
terlihat oleh mata biasa. Ia hanya bisa dideteksi melalui peralatan
canggih dengan mempelajari perubahan suhu dan kandungan garam pada suatu
lokasi tertentu.
Semua ini adalah bukti keajaiban Al Quran dalam menegaskan adanya batas
di antara pertemuan dua air laut yang membuat masing-masing keadaan
dari kedua air laut yang bertemu di satu tempat tersebut tetap
dipertahankan. Perlu diketahui bahwa untuk melakukan penyelidikan ke
bawah laut tidaklah semudah seperti kalau anda akan berenang di kolam.
Ada banyak rintangan mulai dari tekanan air dan persediaan udara untuk
menyokong kehidupan penyelam. Juga tidak semudah masuk begitu pula untuk
keluarnya, karena selain masuk menuju kedalaman lautan butuh persiapan
yang baik, maka demikian pula untuk keluar menuju permukaan laut
membutuhkan pengetahuan yang tidak asal-asalan. Kalau anda mencoba
menyelam ke kedalaman lautan apalagi untuk waktu cukup lama, dan menuju
permukaan secara langsung tanpa perlahan setahap demi setahap, maka
boleh jadi anda akan terserang pingsan, karena perbedaan tekanan yang
begitu cepat akan mengagetkan jaringan tubuh. Untuk semua bentuk
persiapan ini adalah hal yang tidak dapat dilakukan oleh manusia di masa
kehidupan Rasulullah.
Namun penegasan Al Quran tentang adanya batas di antara kedua lautan
ini diakui kebenarannya di masa jauh ke depan melampaui masa kehidupan
Muhammad Saw yaitu setelah kemajuan ilmu pengetahuan & tehnologi
modern tercapai.
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
AL QURAN DAN SAINS
‘MANUSIA AKAL DAN PENGETAHUAN’
Disusun oleh :
Setyaning Pawestri (11611)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar